Edema paru |
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya: Tenggelam / drowning. Near drowning adalah penderita tenggelam yang selamat dari episode akut. Tatalaksana sangat tergantung pada riwayat kejadian. Beratnya cedera dapat ditentukan berdasarkan kelainan fungsi paru, fungsi neurologi, tingkat asidosis respiratorik dan metabolik, kelainan kadar elektrolit dan beratnya hipovolemia.
Banjirnya alveoli oleh air, disertai hilangnya surfaktan dan cedera kapiler, menyebabkan atelektasis dan edema paru. Aspirasi air kotor dan benda-benda asing dapat menyebabkan cedera paru yang lebih parah. Foto toraks pada awalnya kemungkinan normal, 48-72 jam setelah kejadian akan muncul gambaran infiltrat. Komplikasi lanjut pada paru dapat timbul ARDS dan pneumonia aspirasi. Karena ada periode laten sebelum terjadinya ARDS, penderita hampir tenggelam sebaiknya dirawat di RS.
Bila ada riwayat menyelam dengan tabung oksigen, selain diagnosis near drowning, perlu juga dipikirkan diagnosis lain yang menyertai seperti barotrauma dengan pneumotoraks atau emboli udara yang berpotensi menimbulkan gangguan neurologis dan kardiovaskular.
Tatalaksana umum near drowning:
- Airway (jalan napas). Hasil usaha penyelamatan penderita tenggelam bergantung ada koreksi awal terhadap hipoksia, karena itu intubasi endotrakeal harus segera dilakukan bila ada disfungsi paru. Sebelum intubasi bersihkan dulu saluran napas dari muntahan atau material lain yang menghalangi.
- Breathing (pernapasan) Saturasi oksigen arteri dipertahankan pada nilai di atas 90%. Jika tidak dapat dicapai dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi atau dengan continuous ositive airway pressure (CPAP), oksigenasi pasien harus dibantu ventilasi mekanis dengan positive end expiratory pressure (PEEP)
- Circulation (sirkulasi) Penderita hampir tenggelam dengan hipotensi memerlukan resusitasi adekuat dengan cairan. Bila tidak memberikan respons sebaiknya dipasang central venous catheter (CVC) untuk memantau tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP).
- Status asam basa. Asidosis metabolik ditangani dengan mengoptimalkan status kecukupan cairan, pada banyak kasus pemberian bikarbonat tidak diperlukan. Hiperventilasi dengan ventilasi mekanis dapat dilakukan untuk membuat alkalosis respiratorik sebagai kompensasi asidosis metabolik berat.
- Koreksi gangguan elektrolit. Tidak terjadi gangguan elektrolit yang bermakna pada pasien hampir tenggelam di air tawar. Sebaliknya, pada penderita hamir tenggelam di air laut dapat terjadi kenaikan sampai batas kritis natrium dan klorida serum. Diperlukan diuresis yang agresif, koreksi cairan intravena, dan pada beberapa kasus hemodialisis. Hipermagnesemia dan hiperkalsemia juga dapat terjadi pada penderita hampir tenggelam di air laut yang memerlukan hemodialisis.
Sumber: Swidarmoko B. Tenggelam (drowning). Dalam: Swidarmoko B, Susanto AD. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Jakarta. 2010. p. 128-34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar