11 April 2014

Resistensi saluran napas pada ventilasi paru

Sistem respirasi bertanggung jawab mengantarkan oksigen (O2) sebagai salah satu bahan penting yang diperlukan untuk metabolisme sel dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) sebagai hasil metabolisme sel. Proses respirasi terbagi dua yaitu respirasi eksterna dan respirasi interna. Respirasi eksterna meliputi ventilasi paru (proses mekanik yang mengatur keluar masuknya udara dari udara luar sampai ke alveoli) dan difusi paru (proses pertukaran gas antara ruang alveoli dengan kapiler darah menembus dinding alveoli, jaringan interstisial dan endotel kapiler paru).
Sedangkan respirasi interna meliputi utilisasi O2 (pemakaian O2 pada proses pelepasan energi dalam sel) dan difusi sel (pertukaran gas antara darah kapiler sengan sel menembus dinding kapiler dan dinding sel).

Gangguan pada sistem respirasi, baik respirasi interna maupun respirasi eksterna, akan menyebabkan hipoksemia (kadar oksigen dalam darah di bawah normal) dan atau hiperkapnia (kadar karbondioksida dalam darah di atas normal). Kedua kondisi tersebut apabila berlanjut semakin berat akan berbahaya bagi tubuh. 

Kemampuan ventilasi paru dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu resistensi saluran napas (airway resistance) dan komplain paru (lung compliance). 

Besarnya resistensi saluran napas pada keadaan normal berkisar antara 0,6 sampai 2,4 cmH2O/liter/detik, yang mampu mengalirkan udara sebanyak 0,5 liter/detik atau 30 liter/menit. Resistensi saluran napas akan meningkat bila diameter saluran napas mengecil dan/atau panjang saluran napas meningkat. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan resistensi saluran napas:
1.     Diameter saluran napas mengecil
2.     Diameter saluran napas normal, namun ada obstruksi di
a.      dalam lumen saluran napas: retensi sputum, aspirasi benda asing, dll
b.     dinding saluran napas: tumor endobronkial, pasca intubasi, dll
c.      luar saluran napas: tumor yang menekan saluran napas

Bila terjadi faktor-faktor tersebut maka diameter efektif saluran napas akan berkurang sehingga resistensi saluran napas meningkat. Sebagai contoh bila terjadi penurunan diameter saluran napas setengah dari nilai normal, maka tekanan yang diperlukan untuk memasukkan aliran udara yang sama seperti waktu normal akan meningkat 16 kali.

Resistensi saluran napas akan meningkat pada pasien yang terintubasi, semakin kecil diameter ETT semakin tinggi resistensi. Karena itu ukuran ETT yang terbaik adalah ETT yang terbesar yang sesuai dengan trakea pasien. Selain itu mukus plak dalam ETT sangat berperan dalam meningkatkan resistensi saluran napas.

Faktor lain yang mempengaruhi resistensi saluran napas adalah sirkuit ventilator dan air kondensasi ventilator. Semakin panjang sirkuit dan jumlah air yang berlebihan akan meningkatkan resistensi saluran napas.


Penyakit yang sering meningkatkan resistensi saluran napas adalah PPOK dan infeksi seperti laringotrakeobronkitis, epiglotitis dan bronkiolitis.

Tidak ada komentar: