Drowning adalah kematian karena asfiksia pada seorang yang tenggelam, sedangkan near drowning adalah seorang tenggelam yang selamat dari episode akut dan berisiko tinggi untuk terjadi disfungsi organ yang berat dengan mortalitas tinggi. Definisi tersebut berbeda dengan sindrom aspirasi yaitu masuknya benda asing ke dalam paru. Benda asing tersebut bisa berupa cairan iritatif (HCl, hidrokarbon, minyak mineral, lemak binatang), benda infeksius atau benda tertentu.
Mekanisme patogenik korban tenggelam berhubungan dengan hipoksemia dan aspirasi. Efek fisiologik aspirasi air tawar terhadap tubuh berbeda dengan air laut. Dibandingkan dengan plasma darah, air laut lebih hipertonis sebaliknya air tawar lebih hipotonis. Aspirasi air laut, karena lebih hipertonis, menyebabkan hipovolemia intravaskular, hemokonsentrasi dan hipertonis. Sebaliknya air tawar, karena lebih hipotonis, cepat diabsorbsi dari alveoli menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan hemolisis intravaskular.
Kontak awal cairan dengan saluran napas atas sering memicu spasme laring berat, menyebabkan hipoksia tanpa aspirasi cairan yang bermakna. Aspirasi cairan ke dalam trakea dan bronkus menyebabkan obstruksi saluran napas, bronkokonstriksi, hilangnya surfaktan, kerusakan alveolar dan endotel kapiler. Aspirasi cairan lambung saering terjadi pada penderita tenggelam/hampir tenggelam dan secara dramatis meningkatkan beratnya kerusakan saluran napas.
Hipoksemia lebih sering terjadi akibat pirau intrapulmoner. Paling tidak 50% penderita tenggelam menjadi ARDS, pada banyak kasus reversibel. Cedera otak yang terjadi berhubungan dengan hioksia dan cedera neuron difus, menyebabkan edema otak dan peningkatan tekanan intrakranial sehingga lebih memperburuk perfusi serebri.
Aritmia atrium dan ventrikel yang terjadi pada penderita tenggelam disebabkan oleh hipoksia, asidosis metabolik dan respiratorik, refleks vagal dan gangguan elektrolit. Nekrosis tubuler akut disebabkan oleh hipotensi dan hipoksemia, gagal ginjal akibat rhabdomyolisis dan hemolisis akibat DIC (disseminated intravascular coagulation).
Sumber: Swidarmoko B. Tenggelam (drowning). Dalam: Swidarmoko B, Susanto AD. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Jakarta. 2010. p. 128-34
Sumber: Swidarmoko B. Tenggelam (drowning). Dalam: Swidarmoko B, Susanto AD. Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Jakarta. 2010. p. 128-34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar