24 Maret 2014

Faktor penyakit paru kerja

Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru yang disebabkan oleh debu, uap atau gas berbahaya yang terhirup pekerja di tempat pekerjaan mereka. Kelainan paru yang terjadi tergantung jenis pajanannya, dan manifestasi klinis kelainan paru berhubungan dengan pekerjaan mirip dengan penyakit paru lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Debu adalah aerosol yang tersusun dari partikel-partikel padat yang bukan termasuk benda hidup. Respons jaringan tubuh seseorang terhadap debu yang terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik dan kimia debu serta faktor pejamu. Efek debu terhadap paru dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu. Tingkat pajanan debu ditentukan oleh kadar debu rata-rata di udara dan lama pajanan terhadap debu tersebut.

Respons jaringan tubuh terhadap agent  yang diinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.       Sifat fisik zat
 a.       Keadaan fisik, berbentuk partikel, uap atau gas
 b.    Ukuran dan densitas partikel. Partikel debu berdiameter lebih dari 15 µm difiltrasi di saluran  napas atas, partikel berdiameter 5 – 15 µm bisa mencapai saluran napas bawah, sedangkan  partikel ukuran diameter 0,5 – 5 µm (disebut debu respirabel) bisa mencapai saluran napas  terminal dan alveoli. Debu respirabel dapat menyebabkan pneumoconiosis. Dari konsentrasi  1000 partikel /cc debu yang masuk alveoli, 90% akan dikeluarkan sedang sisanya diretensi dan  secara perlahan akan menyebabkan pneumoconiosis.
 c.       Bentuk dan kemampuan penetrasi, mempengaruhi sifat untuk migrasi dan reaksi tubuh
 d.      Kelarutan (solubilitas). Partikel tidak larut, seperti asbestos dan silica menyebabkan reaksi local, sebaliknya zat yang larut seperti mangan dan berilium menyebabkan efek sistemik.
 e.      Sifat higroskopis. Partikel higroskopis meningkat ukurannya bila melalui saluran napas bawah.
2.       Sifat kimia
 a.       Asam atau basa, mempunyai efek toksik pada silia, sel-sel dan sistem enzim.
 b.      Partikel cenderung berkombinasi dengan substansi dalam paru dan jaringan. Gas CO dan HCN    mempunyai sifat sistemik
 c.  Fibrogenisitas (sifat menimbulkan fibrosis jaringan). Asbestos dan silika bersifat fibrogenik, sebaliknya besi dan karbon tidak bersifat fibrogenik
 d. Sifat antigenesitas dapat merangsang antibodi. Spora jamur bila terinhalasi dapat merangsang respons imunologi.
3.       Faktor pejamu (host)
 a.       Genetik: menentukan pengaruh aksi silia, kecepatan clearance dan fungsi makrofag
 b.      Didapat: obat, asap rokok, suhu dan alcohol mempengaruhi fungsi silia dan makrofag.
 c.       Faktor anatomi dan fisiologi mempengaruhi pola pernapasan dan bentuk saluran napas.
 d.      Imunologi: respon terhadap suatu agent dipengaruhi faktor atopi dan jenis jaringan. 

Tidak ada komentar: