Asma eksaserbasi akut berat berpotensi
mengancam jiwa pasien karena itu penatalaksanaannya
perlu penilaian yang tepat dan pemantauan ketat. Pemberian bronkodilator dengan inhalasi
short acting beta-2 agonis (SABA) beberapa
kali akan segera membuka saluran napas, sambil menunggu penyebab perburukan asma
dikendalikan atau peningkatkan dosis obat pengontrol mulai bekerja. Selain SABA, pada asma
eksaserbasi akut berat, perlu ditambahkan kortikosteroid, antikolinergik,
aminofilin/teofilin, dan megnesium.
Magnesium
Sulfat (MgS04) sering dipertimbangkan sebagain terapi pendukung pada
asma eksaserbasi berat atau mengancam
jiwa. Teoritis, magnesium akan menyebabkan relaksasi otot polos bronkus dengan
cara menghambat masuknya kalsium ke
dalam sitosol, pelepasan histamine dari sel mast, atau pelepasan asetilkolin
pada ujung saraf kolinergik. Kemungkinan juga meningkatkan efek agonis beta-2
dengan cara meningkatkan afinitas reseptor.
Magnesium
sulfat pertama kali digunakan untuk mengobati asma pada tahun 1936, dilaporkan
efek bronkodilatasi cepat dengan pemberian intravena tahun 1987, dan 1989 obat
ini digunakan untuk profilaksis pada pemasangan endotrakeal tube dan ventilasi
mekanik pasien geriatrik dengan asma eksaserbasi.
Penelitian
RCT (randomized controlled trial) pertama kali dilakukan oleh Scobelloff (1989) untuk melihat efikasi obat ini, kemudian
disusul banyak RCT lain dan penelitian metaanalisis. Pada saat yang sama,
penggunaan magnesium sulfat secara inhalasi juga menarik perhatian peneliti.
Pedoman terbaru menganjurkan penggunaan MgSO4 secara intravena
sebagai terapi pendukung untuk meningkatkan faal paru dan mengurangi angka
rawat inap
Dua
penelitian RCT dan 3 penelitian meta analisis pada tahun 2011, menyimpulkan
pemberian magnesium sulfat intra vena sebagai terapi tambahan terhadap pengobatan
standar memberi manfaat pada asma akut
berat, baik peningkatan fungsi paru maupun angka rawat inap di rumah sakit.
Tidak perlu ragu menggunakan obat ini pada asma mengancam jiwa yang tidak
respons dengan pengobatan standar, karena toksisitasnya minimal. Penambahan magnesium sulfat sebagai terapi rutin pada
asma akut ringan atau sedang tidak memberikan keuntungan.
Ada 2 meta analisis dan satu RCT yang meneliti efikasi
nebulisasi Magnesium sulfat, terdapat peningkatan faal paru (SMD 0,55, 95% CI
0,12 – 0,98) pada kelompok asma akut berat (FEV1 atau PEF <50%
prediksi). Sayangnya kesimpulan tersebut hanya meneliti 87 pasien asma dewasa pada 2 penelitian. Banyak
penelitian tentang manfaat nebulisasi pada asma akut, namun desain penelitian
sangat heterogen (beratnya serangan, dosis obat, dll) dan sedikitnya jumlah
sampel yang diteliti, sehingga hasil yang didapat (membantu atau tidak membantu
pengobatan standar) tidak bisa dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan
secara umum.
Jadi, pemberian nebulisasi Magnesium sulfat mungkin
menguntungkan untuk tambahan pengobatan asma eksaserbasi berat, namun perlu
penelitian besar untuk memastikan kesimpulan tersebut.
Sebagian besar penelitian menyimpulkan dosis efektif
dengan risiko minimal pemberian magnesium sulfat adalah 2 gram bolus intra vena. Sebuah
penelitian RCT, dengan dosis 2 gram tidak ditemukan toksisitas mayor (berat),
toksisitas minor terjadi pada 58% pasien berupa kulit kemerahan, kelelahan ringan, dan rasa
terbakar pada tempat infus. Pada penelitian lain dengan dosis 1,2 gram bolus
intravena, efek samping minor yang terjadi sebanyak 8% berupa sakit kepala, kulit kemerahan dan pusing.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar