28 Mei 2015

Magnesium sulfat pada asma akut berat

Asma eksaserbasi akut berat berpotensi mengancam  jiwa pasien karena itu penatalaksanaannya perlu penilaian yang tepat dan pemantauan ketat. Pemberian bronkodilator dengan inhalasi short acting beta-2 agonis (SABA) beberapa kali akan segera membuka saluran napas, sambil menunggu penyebab perburukan asma dikendalikan atau peningkatkan dosis obat pengontrol  mulai bekerja. Selain SABA, pada asma eksaserbasi akut berat, perlu ditambahkan kortikosteroid, antikolinergik, aminofilin/teofilin, dan megnesium.

Magnesium Sulfat (MgS04) sering dipertimbangkan sebagain terapi pendukung pada asma eksaserbasi  berat atau mengancam jiwa. Teoritis, magnesium akan menyebabkan relaksasi otot polos bronkus dengan cara  menghambat masuknya kalsium ke dalam sitosol, pelepasan histamine dari sel mast, atau pelepasan asetilkolin pada ujung saraf kolinergik. Kemungkinan juga meningkatkan efek agonis beta-2 dengan cara meningkatkan afinitas reseptor.
Magnesium sulfat pertama kali digunakan untuk mengobati asma pada tahun 1936, dilaporkan efek bronkodilatasi cepat dengan pemberian intravena tahun 1987, dan 1989 obat ini digunakan untuk profilaksis pada pemasangan endotrakeal tube dan ventilasi mekanik pasien geriatrik dengan asma eksaserbasi.
Penelitian RCT (randomized controlled trial) pertama kali dilakukan oleh Scobelloff  (1989) untuk melihat efikasi obat ini, kemudian disusul banyak RCT lain dan penelitian metaanalisis. Pada saat yang sama, penggunaan magnesium sulfat secara inhalasi juga menarik perhatian peneliti. Pedoman terbaru menganjurkan penggunaan MgSO4 secara intravena sebagai terapi pendukung untuk meningkatkan faal paru dan mengurangi angka rawat inap
Dua penelitian RCT dan 3 penelitian meta analisis pada tahun 2011, menyimpulkan pemberian magnesium sulfat intra vena sebagai terapi tambahan terhadap pengobatan standar memberi  manfaat pada asma akut berat, baik peningkatan fungsi paru maupun angka rawat inap di rumah sakit. Tidak perlu ragu menggunakan obat ini pada asma mengancam jiwa yang tidak respons dengan pengobatan standar, karena toksisitasnya minimal. Penambahan magnesium sulfat sebagai terapi rutin pada asma akut ringan atau sedang tidak memberikan keuntungan.

Ada 2 meta analisis dan satu RCT yang meneliti efikasi nebulisasi Magnesium sulfat, terdapat peningkatan faal paru (SMD 0,55, 95% CI 0,12 – 0,98) pada kelompok asma akut berat (FEV1 atau PEF <50% prediksi). Sayangnya kesimpulan tersebut hanya meneliti  87 pasien asma dewasa pada 2 penelitian. Banyak penelitian tentang manfaat nebulisasi pada asma akut, namun desain penelitian sangat heterogen (beratnya serangan, dosis obat, dll) dan sedikitnya jumlah sampel yang diteliti, sehingga hasil yang didapat (membantu atau tidak membantu pengobatan standar) tidak bisa dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan secara umum.

Jadi, pemberian nebulisasi Magnesium sulfat mungkin menguntungkan untuk tambahan pengobatan asma eksaserbasi berat, namun perlu penelitian besar untuk memastikan kesimpulan tersebut.

Sebagian besar penelitian menyimpulkan dosis efektif dengan risiko minimal pemberian magnesium sulfat adalah 2 gram bolus intra vena. Sebuah penelitian RCT, dengan dosis 2 gram tidak ditemukan toksisitas mayor (berat), toksisitas minor terjadi pada 58% pasien berupa kulit kemerahan, kelelahan ringan, dan rasa terbakar pada tempat infus. Pada penelitian lain dengan dosis 1,2 gram bolus intravena, efek samping minor yang terjadi sebanyak 8% berupa sakit kepala, kulit kemerahan dan pusing.



Sumber:

Tidak ada komentar: