Antibiotik aminoglikosid merupakan obat yang efektif untuk melawan berbagai bakteri meliputi enterokokus, bakteri gram negatif dan mikobakterium. Penelitian Waksman pada tahu 1940 an membuktikan manfaat streptomisin untuk melawan kuman TB. Sejak itu beberapa aminoglikosida baru ditemukan dengan aktifitas antimikroba yang luas. Aminoglikosida yang terbukti mampu melawan kuman TB adalah streptomisin, kanamisin dan amikasin.
Aminoglikosid harus diberikan secara parentral, karena absorbsi yang buruk bila diberikan secara oral. Obat ini sulit menembus sawar otak, meskipun pada pasien meningitis, dan dieliminasi terutama melalui filtrasi glomerulus. Sehingga pada pasien dengan insufisiensi ginjal, waktu paruh dalam darah akan memanjang. Aminoglikosida bisa dibuang dengan baik oleh hemodialisis.
Dua aminoglikosida yang secara invitro mempunyai aktivitas paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis adalah Streptomisin dan Amikasin. Dosis pemberian setiap hari Streptomisin, Kanamisin dan Amikasin untuk mengobati TB adalah 15 mg/kgBB pada usia dewasa sampai 55 tahun dengan fungsi ginjal normal. Bila usia lebih dari 55 tahun atau berat badan kurang dari 50 kg maka dosisnya adalah 750 mg /hari. Regimen pengobatan 2 atau 3 kali seminggu, dosis aminoglikosid yang dianjurkan adalah 25 mg/kgBB. Pasien dengan insufisiensi ginjal, loading dose awal sebesar 5 - 7,5 mg/kgBB dan selanjutnya dosis diturunkan bertahap berdasarkan estimasi atau kalkulasi klirens kreatinin dan kadar obat dalam serum.
Tiksisitas yang paling sering terjadi berkaitan penggunaan aminoglikosida adalah toksisitas pada kohlea (pendengaran), vertibular dan ginjal. Secara umum amikasin atau kanamisin lebih ototoksik, sedang streptomisin terbukti lebih mengganggu pada fungsi vestibuler. Efek samping lain yang lebih jarang terjadi adalah demam, ruam (rash), blokade neuromuskular, hipokalemia dan hipomagnesemia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar