29 Desember 2012

BATUK KRONIK, tidak selalu karena TB

Batuk merupakan salah satu keluhan medis yang paling banyak terjadi dan menyebabkan pasien membeli obat batuk atau berobat ke dokter. Penderita batuk sering mengkonsumsi obat batuk tanpa mempertimbangkan mekanisme terjadinya batuk dan efek samping obat yang mungkin terjadi. Sebagian pasien datang ke dokter dan minta resep obat yang sama dengan obat sebelumnya untuk segera menghentikan batuknya, padahal batuk yang sekarang belum tentu sama dengan batuk sebelumnya.
Ada juga yang memilih obat batuk berdasarkan pengalaman orang lain yang terbukti sembuh, padahal penyebabnya bisa saja berbeda. Sesungguhnya, batuk yang wajar bukanlah suatu penyakit, tetapi mekanisme pertahanan tubuh pada sistem pernapasan untuk membebaskan saluran napas dari gangguan atau benda asing yang masuk. Karenanya, kadang batuk justru diperlukan untuk membuang segala sesuatu yang mengganggu saluran napas.

Tekanan, kecepatan dan  energi yang dihasilkan selama batuk yang kuat merupakan cara yang efektif untuk membersihkan saluran nafas dari benda asing atau sekret yang berlebihan. Sebaliknya batuk yang tidak efektif akan menyebabkan retensi sputum, sumbatan saluran napas, atelektasis, infeksi dan bahkan gagal napas. Batuk akan segera berhenti bila sekret atau benda asing telah keluar dari saluran napas, sebaliknya akan berlangsung terus dan bahkan makin berat apabila masalahnya belum teratasi. Apabila batuk berlangsung lama dan terus menerus maka akan sangat mengganggu penderita dan bahkan bisa menimbulkan komplikasi pada paru, jantung, pembuluh darah, otot, saluran kemih, saluran cerna, syaraf, mata, dan bisa terjadi penurunan kualitas hidup.

Mekanisme batuk
Refleks batuk terdiri atas tiga bagian utama yaitu komponen sensoris/reseptor, pusat kontrol dan komponen efektor. Reseptor batuk sebagian besar tersebar di seluruh saluran napas dan sebagian kecil terletak di liang telinga, pleura, diafragma, sinus paranasal, perikardium dan lambung. Sensitivitas terjadinya batuk tergantung tempat dan tipe rangsangan. Makin ke pangkal saluran napas makin sensitif terhadap rangsangan mekanis karena reseptor mekanosensitif lebih tersebar di saluran napas besar atau pangkal, sebaliknya makin ke ujung saluran napas main sensitif terhadap rangsangan kimia karena reseptor kemosensitif lebih tersebar di saluran napas kecil. Batuk akan timbul bila terdapat rangsangan pada reseptor batuk, kemudian melalui saraf aferen, impuls diteruskan ke pusat batuk yang tersebar merata di medulla oblongata. Selanjutnyya impuls dari pusat batuk, melalui saraf eferen, diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot pernapasan.

Batuk kronik
Berdasarkan lamanya batuk terbagi menjadi tiga, yaitu batuk akut (kurang dari 3 minggu), subakut (3-8 minggu) dan batuk kronik (lebih dari 8 minggu). Lamanya batuk tidak selalu mencerminkan jenis penyebabnya dan lebih lama batuk tidak berarti penyakitnya lebih berat. Batuk akut dapat menetap menjadi batuk subakut atau batuk kronik. Batuk seorang perokok sering dianggap tidak serius dan bahkan dianggap fenomena normal.

Meskipun tampaknya sama namun batuk kronik penyebabnya bisa berbeda. Dari berbagai laporan penelitian ternyata penyebab batuk kronik cukup banyak, diantaranya upper airway caugh syndrome (UACS), asma,  nonasthmatic eosinophilic bronchitis (NAEB), gastroesophageal reflux disease (GERD), bronkitis kronik,  bronkiektasis,  postinfectious cough, pertusis,  bronkiolitis, tuberkulosis, tumor paru,  ACE-inhibitor, habit/psychogenic cough, penyakit paru interstisial, pascadialisis dan idiopathic cough.

Seringkali seseorang dengan batuk kronis kita curigai TB sebagai penyebabnya. Pemikiran demikian tidak salah karena kita tinggal di negara endemik tuberkulosis. Namun penyebab batuk kronik lain selain TB juga perlu dipertimbangkan sehingga terhindar dari kesalahan pengobatan. Apabila foto dada normal, tidak ada riwayat merokok dan tidak ada riwayat konsumsi obat darah tinggi golongan ACE-inhibitor, maka dari berbagai macam penyebab batuk kronik tersebut, terdapat tiga penyebab utama yang paling sering terjadi. Ketiganya adalah upper airway caugh syndrome (UACS) dengan angka prevalensi 28-41%, selanjutnya asma dengan angka prevalensi 24-33% dan terakhir gastroesophageal reflux disease (GERD) dengan angka prevalensi 10-21%. Kali ini kita akan bahas secara singkat ketiga penyebab utama batuk kronik tersebut.

Upper airway caugh syndrome (UACS)
Penyebab terbanyak batuk kronik ini dulu dikenal sebagai postnasal drip syndrome (PNDS). Batuk dicetuskan karena keadaan saluran napas atas (rhinosinus) yang tidak normal. Berbagai keadaan rhinosinus yang dapat menimbulkan batuk adalah rhinitis alergi, rhinitis vasomotor, polip nasal, derviasi septum, sinusitis bakterial, pascainfeksi virus, rhinitis akibat iritan dan lain-lain. Tetesan sekret dari rongga hidung atau sinus bagian belakang akan merangsang reseptor batuk di hipofaring atau laring. Gejala yang sering ditemukan adalah postnasal drip yaitu sensasi tetesan di belakang tenggorokan. Gejala lainnya adalah pilek kronik, hidung mampet, suara serak dan mukus di tenggorokan. Pengobatan yang biasanya diberikan adalah dekongestan untuk menghilangkan hidung tersumbat dan antihistamin sebagai antialergi dan menghilangkan bersin. Bisa juga ditambahkan antitusif untuk meredakan batuk dan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan menurunkan demam.

Asma atau cough variant asthma (CVA)
Gejala batuk disertai sesak dan mengi makin memperkuat dugaan diagnosis asma. Yang jadi masalah adalah apabila hanya ada keluhan batuk, sedang gejala sesak dan mengi minimal atau bahkan tidak ada. Keadaan demikian disebut sebagai CVA. Pemeriksaan fisik dan spirometri bisa saja normal sehingga untuk konfirmasi diagnosis perlu dilakukan uji provokasi bronkus. Pengobatan CVA sama dengan asma yaitu obat pelonggar napas dan kalau perlu kortikosteroid.
Penyakit lain yang mirip CVA adalah postviral atau postinfectious cough. Batuk bersifat kering dan terus menerus serta ada riwayat ISPA yang telah sembuh beberapa minggu yang lalu. Meskipun kondisi ini bukan asma namun bisa muncul sesak dan mengi yang reversibel. Penyebabnya adalah infeksi virus di saluran napas atas dapat memicu hipereaktivitas bronkus yang bersifat sementara.

Gastroesophageal reflux disease (GERD)
Tidak ada gejala khas batuk kronik akibat GERD yang dapat membedakan dengan batuk kronik lain. Batuk dapat bersifat kering atau produktif. Batuk malam hanya ditemukan pada sebagian kecil penderita. Diduga kuat GERD bila batuk kronik disertai gejala pencernaan seperti rasa panas di dada yang sering terjadi tiap hari disertai sendawa. Walaupun tidak ada gejala khas saluran cerna, pasien GERD akan membaik batuknya setelah diberi obat antirefluks. Pengobatan yang diberikan berupa pengaturan diet, perubahan gaya hidup (hindari alkohol, kafein, teofilin, merokok) dan obat antirefluks.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Survive systems add A hundred and seventy, 230, 235
and as well , 265 Norwalk Blenders. Not only that, positive but
garden-fresh types for business types of nourishment and therefore assist the body in eliminating hostile to major tomato diseases with convalescing defenses drive.

Finally, since most costs three hundred dollars, clearly each
Cuisinart food processor or blender overhead better when compared with what your prized media original food
processor. should healthy.

Check out my web site - hand juicers australia