Bronkodilator adrenergik adalah semua obat analog epinefrin, bekerja secara simpatomimetik. Penggunaan epinefrin subkutan dilaporkan pertama kali tahun 1903, penggunaan epinefrin sebagai aereosol pada asma pertama kali pada tahun 1910, menjadikan obat ini sebagai obat simpatomimetik paling tua yang masih digunakan.
Agonis beta-2 kerja cepat seperti albuterol, levalbuterol, atau pirbuterol digunakan pada bronkokonstriksi saluran napas akut seperti pada asma atau penyakit obstruksi saluran napas lain, disebut obat pelonggar atau reliever.
Sedangkan obat kerja lama, seperti salmeterol atau formoterol digunakan untuk mempertahankan bronkodilatasi, mengontrol bronkospasme, dan mengontrol gejala malam pada asma dan penyakit obstruktif lainnya, disebut obat pengontrol atau controller. Untuk pengobatan asma, bronkodilator kerja lama biasanya dikombinasi dengan obat antiinflamasi untuk mengendalikan inflamasi saluran napas dan bronkospasme. Meskipun formoterol mempunyai onset kerja yang cepat, mirip albuterol, namun efek puncak yang lebih lambat dan aktivitas yang lama membuat obat tersebut lebih bagus digunakan sebagai obat pengontrol daripada sebagai obat pelonggar napas.
Racemic epinephrine sering digunakan baik melalui aerosol inhalasi maupun instilasi secara langsung ke paru. Efek vasokonstriksi alfa-adrenergik kuat yang dimiliki obat ini bermanfaat menurunkan pembengkakan saluran napas setelah ekstubasi, pada epiglotitis, croup, atau bronkiolitis, atau untuk mengendalikan perdarahan selama bronkoskopi.
Berdasarkan lama kerjanya, bronkodilator adrenergik dibedakan menjadi 3 yaitu:
- Ultra short acting (lama kerja < 3 jam): epinefrine, isoproterenol, isoetharine
- Short acting (lama kerja 4-6 jam): metaproterenol, terbutaline, albuterol, bitolterol, pirbuterol, levalbuterol
- Long acting (lama kerja 12 jam): salmeterol, formoterol
Sumber: Rau JL. Adrenergic (simpathomimetic) bronchodilator. In: Rau JL. Respiratory care pharmacology. 6 ed. 2002. p. 108-35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar