Efek samping obat adalah berbagai efek yang terjadi selain efek terapi obat. Bronkodilator adrenergik bekerja dengan cara mengaktivasi reseptor adrenergik alfa, beta1, atau beta2. Selain efek yang diharapkan, obat ini juga bisa menyebabkan efek yang tidak diharapkan sebagai akibat stimulasi reseptor-reseptor tersebut. Efek samping yang sering terjadi bisa dilihat pada daftar berikut. Jumlah dan beratnya efek samping sangat bervariasi dari pasien satu dengan pasien lain, dan tidak setiap efek samping selalu terjadi pada setiap pasien.
Perlu diingat bahwa bronkodilator adrenergik yang lahir belakangan (terbutaline, albuterol, bitolterol, pirbuterol, levalbuterol, dan salmeterol) menstimulasi lebih banyak ke reseptor spesifik beta2 dibandingkan obat-obat sebelumnya seperti efedrin, epinefrin, dan isoproterenol. Karena itu stimulasi jantung, berupa takikardi dan peningkatan tekanan darah, lebih banyak terjadi pada 3 obat yang disebut terakhir dibandingkan dengan obat-obat yang lebih baru.
Efek samping penggunaan Agonis beta:
- Tremor
- Palpitasi dan takikardi
- Nyeri kepala
- Insomnia
- Peningkatan tekanan darah
- Gelisah / nervous
- Pusing
- Mual
- Toleran terhadap uji bronkodilator
- Perburukan rasio ventilasi perfusi (penurunan PaO2)
- Hipokalemia
- Reaksi bronkokonstriksi terhadap larutan tambahan (SVN) dan propelan (MDI)
Sumber: Rau JL. Adrenergic (simpathomimetic) bronchodilator. In: Rau JL. Respiratory care pharmacology. 6 ed. 2002. p. 108-35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar