15 April 2015

Etambutol, obat antituberkulosis (OAT)

Struktur etambutol
Etambutol ditemukan pertama kali 1961 dan dianjurkan penggunaannya sebagai OAT pada 1966. Diberikan secara oral, 70-80% obat diabsorbsi. Makanan tidak mengganggu uptake obat, namun absorbsi akan berkurang bila diminum bersamaan dengan antasida. Obat ini terdistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh kecuali sistem saraf pusat, hanya 10-50% dibandingkan kadar obat dalam plasma.
 Setelah bekerja, obat ini terutama dibuang melalui ginjal, karena itu perlu penyesuaian dosis pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal. Hemodialisis tidak mampu membuang etambutol secara signifikan.

Mekanisme kerja
Sebagai obat antituberkulosis, etambutol termasuk kelompok obat bakteriostatik terhadap kuman dan beberapa Mycobacterium nontuberculosis yang tumbuh lambat. Obat ini menurunkan sintesa polisakarida dinding sel (arabinogalaktan) sehingga menghambat pertumbuhan sel mikobakterium. 
Mycobacterium tuberculosis

Efek samping obat
Neuritis saraf mata dan neuropati saraf perifer merupakan efek samping yang paling sering terjadi akibat penggunaan etambutol. Pasien biasanya mengeluh pandangan kabur dan persepsi perubahan warna (merah-hijau). Neuritis optik biasanya terjadi pada penggunaan etambutol dosis tinggi dan penyembuhan terjadi perlahan setelah obat dihentikan. Pemeriksaan awal mata sebaiknya dilakukan, sebagai data awal, sebelum pengobatan etambutol diberikan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara berkala untuk memantau perubahan fungsi mata selama pemberian etambutol. 

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah intoleransi gastrointestinal, hiperurisemia, reaksi hipersensitivitas, dan trombositopenia.

Tidak ada komentar: