Pirazinamid, obat antituberkulosis (OAT)

Pirazinamid (PZA)

Pirazinamid (PZA) adalah derivat amide dari pyrazine-2-carboxylic acid dan analog nicotinamide. PZA merupakan obat antituberkulosis (OAT) ketiga terpenting setelah INH dan rifampisin. Obat ini diabsorbsi dan didistribusi dengan baik bila diberikan secara oral. Kadar puncak dalam plasma sekitar 50 ug/mL dengan waktu paruh 10 jam, sehingga bisa diberikan sekali sehari. 

Kadar PZA pada cairan yang melapisi epitel yang didapatkan dari relawan normal atau pasien AIDS sebanyak 16 kali lipat dibanding kadar dalam plasma. PZA mampu menembus dengan baik selaput otak sehingga direkomendasikan untuk pengobatan meningitis TB.

Obat ini dihidrolisis oleh enzim hepar menjadi asam pirazinoik dan diekskresi terutama melalui filtrasi glomerulus, karena itu perlu penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan hepar atau ginjal. Hemodialisis mampu membersihkan obat ini dengan baik. Secara umum, semua OAT yang diberikan pada pasien dengan gagal ginjal terminal sebaiknya diberikan setelah hemodialisis. 

Pirazinamid hanya aktif melawan kuman M. tuberculosis dan M. africanum,  sebaliknya tidak mampu melawan kuman Mycobacterium bovis dan nontuberculosis mycobacteria. Mekanisme PZA bekerja sebagai obat antituberkulosis belum sepenuhnya diketahui, meskipun diyakini obat ini aktif pada kuman mikobakterium subpopulasi semidorman dalam lingkungan asam. 

Pirazinamid tersedia dengan dosis 500 mg tablet atau 300 mg dalam tablet kombinasi dosis tetap bersama OAT lainnya. Dosis yang direkomendasikan adalah 15-30 mg/kbBB per hari hanya selama 2 bulan pertama pengobatan.

Hepatotoksisitas perupakan prioritas utama yang perlu diperhatikan pada terapi dengan PZA. Efek terhadap hepar berhubungan dengan dosis, terjadi pada 15% pasien yang mendapatkan PZA dengan dosis 40-50 mg/kgBB/hari. Bila dosis diturunkan menjadi 15-30 mg/kgBB/hari maka risiko hepatotoksisitas turun secara bermakna.