13 Juni 2013

TB DAN DM, bagaimana bila menyerang bersamaan?

Penatalaksanaan diabetes melitus (DM) menjadi sulit bila disertai penyakit infeksi, termasuk tuberkulosis (TB). Seseorang dengan imun yang lemah, akibat penyakit kronis seperti diabetes melitus, akan berisiko tinggi untuk terjadi perubahan dari TB laten menjadi TB aktif. Penelitian membuktikan bahwa seorang penyandang diabetes akan mempunyai risiko 2-3 kali lebih tinggi terserang TB dibanding seseorang tanpa diabetes. Sekitar 10% kasus TB seluruh dunia juga menderita diabetes.


TB pada DM, infiltrat bisa di luar apeks paru
Pada sebagian besar pasien diabetes, kehadiran penyakit TB sering tidak diketahui atau terdiagnosis terlalu lambat. Deteksi dini TB pada penyandang diabetes akan meningkatkan penyembuhan TB dan pengendalia kedua penyakit. Karena itu semua penderita TB harus dilakukan skrening untuk kemungkinan juga menderita DM, dan sebaliknya skreening terhadap TB perlu dipertimbangkan pada penyandang diabetes, terutama pada daerah dengan prevalensi TB tinggi.

Penyandang diabetes yang juga menderita TB mempunyai risiko kematian lebih tinggi baik pada saat pengobatan maupun kasus kambuh setelah selesai pengobatan. Karena itu sangat penting menjaga agar seorang penyandang diabetes tidak sakit TB. 

Beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan pada pasien TB paru dengan DM
  • Paduan OAT (obat anti TB) pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan syarat kadar gula darah terkontrol
  • Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat diteruskan sampai 9 bulan
  • Hati-hati memberikan terapi etambutol sehubungan efek sampingnya pada mata, karena penyandang DM juga sering terjadi komplikasi pada mata
  • Penggunaan rifampisin perlu diperhatikan karena akan mengurangi efektifitas OAD (sulfonilurea) sehingga dosisnya harus dinaikkan.
  • Pengawasan setelah pengobatan selesai perlu dilakukan untuk mendeteksi dini terjadinya kekambuhan.

Tidak ada komentar: