7 Juni 2013

BATUK KRONIK, bisakah akibat GERD?

Gastro-oesophageal reflux disease (GERD) adalah salah satu kelainan yang sering terjadi di bidang gastrointestinal dan kadang berdampak buruk pada penderita. Penyakit ini merupakan suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks isi lambung ke dalam esofagus dan menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu esofagus maupun organ di luar esofagus, seperti saluran napas.


Mekanisme terjadinya batuk pada GERD masih terus diteliti. Sekarang dipahami bahwa GERD menyebabkan batuk dengan cara mengaktivasi jalur aferen refleks batuk akibat iritasi saluran napas bagian atas tanpa disertai aspirasi, dapat pula melalui iritasi saluran napas bawah akibat mikroaspirasi atau makroaspirasi. Penelitian lain menduga kuat ada stimulasi refleks batuk pada esofago-bronkial, yaitu refluks isi lambung ke distal esofagus akan mencetuskan batuk melalui mekanisme refleks batuk neural.

Beberapa studi menemukan prevalensi GERD sebagai penyebab batuk kronik berkisar antara 10-36%, merupakan penyebab batuk kronik ketiga setelah UACS (upper airway cough syndrome) dan CVA (cough variant asthma). Tidak ada gejala khas batuk kronik akibat GERD yang dapat dibedakan dengan penyebab batuk kronik yang lain. Batuk bisa produktif atau kering, dan batuk malam hanya ditemukan pada sebagian kecil pasien.

Diagnosis batuk kronik akibat GERD diduga kuat bila batuk kronik disertai gejala gastrointestinal, seperti rasa panas di dada (heartburn) yang sering terjadi tiap hari, disertai regurgitasi. Walaupun tidak ada gejala khas gastrointestinal, pasien batuk kronik akibat GERD akan membaik batuknya bila diberi pengobatan antirefluks. 

Terapi batuk kronik akibat GERD dapat diberikan berupa:
  • perencanaan diet,
  • perubahan gaya hidup: hindari alkohol, kafein, teofilin dan merokok
  • obat antirefluks, yaitu H2 antagonis, proton-pump inhibitor dan obat prokinetik lambung

Tidak ada komentar: