Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis mikosis paru dilakukan dengan tiga metode yaitu mikroskopik, biakan dan serologi. Prosedur diagnostik berdasarkan deteksi deoxyribonucleic acid (DNA) jamur saat ini sedang dikembangkan, namun biakan spesimen dan hasil biopsi jaringan masih menjadi baku emas diagnosis mikosis paru.
1. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan spesimen secara langsung maupun dengan pewarnaan harus selalu dilaksanakan karena dapat mendiagnosis kemungkinan infeksi jamur secara cepat, mudah dan murah, meskipun nilai diagnostiknya sangat bervariasi (10-90%) bergantung kepada spesies jamur yang ditemukan.
Pemeriksaan mikroskopik langsung dilakukan dengan menambahkan larutan garam fisiologis, KOH 10% atau tinta India. Pemeriksaan langsung sputum, bilasan bronkus, BAL, atau spesimen lain dapat mendeteksi elemen jamur secara umumberupa spora maupun hifa.
Teknik pewarnaan dapat dilakukan dengan Giemsa, gomori methenaminsilver (GMS), calcofluor, maupun deteksi antobodi monoklonal dengan pewarnaan imunoflueresens yang lebih sensitif dibandingkan dengan pewarnaan biasa. Pemeriksaan langsung cairan serebrospinal, bilasan bronkus atau BAL dengan tinta India sangat bermanfaat dalam mendiagnosis kriptokokosis.
Pemeriksaan sputum pasien terinfeksi HIV dengan pewarnaan Giemsa atau GMS menunjukkan sensitivitas 35-60%, sedangkan BAL menunjukkan sensitivitas 85-95% dalam mendiagnosis PCP.
2. Biakan
Pemeriksaan biakan mempunyai nilai diagnostik tinggi bahkan menjadi baku emas diagnosis infeksi jamur tertentu. Biakan darah merupakan baku emas diagnosis infeksi Candida dalam darah (kandidemia), namun sebaliknya untuk diagnosis PCP karena P.jiroveci sampai saat ini belum dapat dibiakkan.
Sensitivitas biakan pada histoplasmosis akut hanya 15%, sedang pada histoplasmosis diseminata sensitivitasnya bisa >85%.
Meskipun pemeriksaan biakan jamur membutuhkan waktu beberapa hari sampai minggu, namun perlu dilakukan untuk identifikasi spesies dan uji kepekaan jamur terhadap obat anti jamur.
3. Serologi
Uji serologi digunakan untuk mendeteksi reaksi antibodi pejamu terhadap elemen-elemen jamur. Nilai diagnostiknya sangat terbatas sehingga perlu hati-hati dalam interpretasi hasil. Dewasa ini telah dikembangkan deteksi antigen yang memiliki nilai diagnostik lebih tinggi. Uji ini didasarkan atas deteksi komponen dinding jamur yang dilepaskan ke dalam aliran darah atau cairan tubuh lain pada saat jamur berproliferasi.
- Uji antigen cryptococcus spp dari serum atau cairan serebrospinal sangat bermanfaat dalam diagnosis kriptokokosis karena nilai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.
- Uji antigen Histoplasma spp dalam urin memiliki sensitivitas >90% dan spesifisitas >95% dalam mendiagnosis histoplasmosis
- Uji antigen galaktomanan Aspergyllus spp menunjukkan sensitivitas 61-71% dan spesifisitas 89-93% dalam mendeteksi aspergilosis invasif. Perlu diperhatikan hasil positif palsu pada pasien yang medapatkan terapi antibiotik golongan beta-laktam dan pasien pasien dengan infeksi Pencillium karena tyerdapat reaktivitas silang.
Pemeriksaan PCR dan real-time PCR sedang dikembangkan, namun masih digunakan secara terbatas karena belum ada standarisasi dan validasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar