8 Juli 2013

PENGAMBILAN SPESIMEN, pada kanker paru

Jenis histologis tumor merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan kemoterapi pada kanker paru. Pemeriksaan histologis tumor memerlukan sampel yang bisa diambil dari tumor itu sendiri ataupun di luar tumor dalam tubuh penderita. Berbagai metode bisa dilakukan untuk mendapatkan sampel, di antaranya adalah:

  1. Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini adalah pada tumor letak perifer, penderita batuk kering, dan teknik pengambilan dan pengumpulan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum, kepositifan sitologi sputum dapat ditingkatkan. Cara lain adalah pengumpulan sputum menurut cara Saccomanno.
  2. Aspirasi Jarum halus (AJH) atau fine needle aspiration  (FNA) dapat dilakukan bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) atau teraba masa yang terlihat superfisial. Dengan teknik yang sangat sederhana dan risiko yang paling rendah, spesimen yang didapatkan adalah bahan pemeriksaan sitologi.  
  3. Transthorasic Needle Aspiration (TTNA) Jika lesi letak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTNA dilakukan dengan bantuan fluoroskopi atau USG. Namun jika lesi kurang dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTNA dengan tuntunan CT-scan. Spesimen yang didapat adalah bahan pemeriksaan sitologi.
  4. Biopsi  transtorakal (transthorasic biopsy, TTB). Jika lesi kecil dan TTNA tidak mendapatkan hasil yang representatif sebaiknya dilakukan TTB dengan alat core biopsy dan selalu dilakukan dengan tuntunan CT-Scan. Pengambilan sampel dengan cara ini menghasilkan sampel yang lebih informatif. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan histopatologi.
  5. Biopsi lain. Biopsi KGB harus dilakukan bila terasa pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi atau histologi tumor paru belum diketahui. Biopsi Daniel dianjurkan bila tidak jelas ditemukan pembesaran KGB supraklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Pungsi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan sitologi dan histopatologi.
  6. Bronkoskopi adalah pemeriksaan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat digunakan juga untuk mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Bronkoskopi dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti berbenjol-benjol, hiperemis, atau stenosis infiltratif, mudah berdarah atau tidak. Tampakan yang abnormal sebaiknya diikuti dengan tindakan biopsi tumor atau dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus. Penggunaan endobronchial ultrasound (EBUS) lebih baik daripada bronkoskop konvensional karena dapat menunjukkan secara tepat lokasi tumor yang menempel di dinding luar bronkial sehingga mempermudah tindakan transbronchial needle aspiration (TBNA).
  7. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) di karina atai 1/3 bawah trakea (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada di kanan, akan ememberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal. Spesimen yang didapat adalah bahan pemeriksaan sitologi.
  8. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopi, makka biopsi paru lewat bronkus  (TBLB) harus dilakukan. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan histopatologi.
  9. Biopsi aspirasi jarum. Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah berdarah atau mukosa licin berbenjol-benjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan saja sering memberikan hasil negatif. Spesimen yang didapat adalah bahan pemeriksaan sitologi.
  10. Torakoskopi medik. Dengan tindakan torakoskopi medik masa tumor di bagian perifer paru, pleura visceral, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.
Semua bahan atau spesimen yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus segera dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi terdekat untuk pemeriksaan sitologi atau histologi.


Sumber: Kanker paru, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, PDPI 2011

Tidak ada komentar: