Hipoksemia kronis dan progresif pada PPOK bisa merusak sel dan jaringan tubuh, maka oksigen yang cukup bagi pasien sangat diperlukan. Pasien PPOK stabil yang telah terkompensasi dengan oksigen ruangan pada permukaan laut, bila melakukan perjalanan udara dapat mengalami hipoksemia. Dengan persiapan yang baik, perjalanan udara dapat dilakukan bahkan pada pasien PPOK dengan gagal napas kronik stabil.
Pasien PPOK saat istirahat di ketinggian permukaan laut dengan PaO2 > 9,3 kPa (70 mmHg), kemungkinan aman untuk terbang tanpa oksigen tambahan. Meskipun demikian perlu diingat bahwa belum tentu tidak terjadi hipoksemia parah ketika bepergian melalui udara (eviden base C). Hati-hati bila ada komorbid yang dapat mengganggu pengiriman oksigen ke jaringan (seperti anemi atau gangguan sistem sirkulasi). Aktivitas dalam pesawat (misalnya berjalan dalam lorong pesawat) sangat mungkin memperburuk hipoksemia.
Pasien dengan gagal napas kronik yang menjalani terapi oksigen jangka panjang, harus menaikkan aliran oksigen menjadi 1-2 L/menit lebih tinggi selama penerbangan. Idealnya, pasien yang terbang harus mampu mempertahankan PaO2 selama penerbangan minimal 50 mmHg (6,7 kPa). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini dapat dicapai pada pasien dengan hipoksemia sedang dan berat dengan oksigen tambahan 3 L/menit (kanula hidung) atau masker ventury 31%.
Persiapan pasien PPOK berat sebelum perjalanan udara:
- Periksa analisis gas darah
- Bronkodilator maksimal
- Atasi kelainan komorbid, misalnya gagal jantung kanan, kor pulmonale atau anemi
Selama perjalanan, oksigen harus diberikan bila bila timbul gejala sebagai berikut:
- rasa berat di dada
- sesak napas
- sianosis
- gagal jantung kanan
Artikel terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar