16 Agustus 2013

DISFUNGSI DIAFRAGMA

Anatomi diafragma
Diafragma adalah struktur berbentuk kubah yang memisahkan rongga toraks dengan rongga abdomen. Diafragma merupakan otot respirasi utama, disyarafi oleh nervus frenikus, cabang nervus cervical C3-C5. Aktivitas mekanik diafragma paling baik diketahui dengan mempelajari anatomi dan kaitannya dengan dinding dada.
Saat diafragma berkontraksi, isi rongga abdomen bergeser ke arah kaudal, tekanan abdomen meningkat, tulang rusuk bagian bawah mengembang. Proses penyakit terjadi bila terjadi gangguan pada persyarafan, kemampuan kontraksi, dan  hubungan mekanik terhadap dinding dada. Disfungsi diafragma akan menimbukan sesak napas, penurunan kemampuan latihan, gangguan napas saat tidur, hipersomnia, penurunan kualitas hidup, atelektasis dan gagal napas.

Disfungsi diafragma terdiagnosis karena keluhan dyspnea dan sebaiknya selalu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada semua sesak yang belum bisa dijelaskan penyebabnya. Disfungsi diafragma bervariasi dari kehilangan sebagian kemampuan membuat tekanan (kelemahan) sampai kegagalan total diafragma (paralisis). Kelemahan atau paralisis diafragma bisa terjadi pada satu atau kedua hemidiafragma’ dan bisa terlihat sebagai gangguan inflamasi atau metabolik, setelah trauma atau pembedahan, selama ventilasi mekanik, massa mediastinum, miopati, neuropati, atau penyakit yang menyebabkan hiperinflasi paru.

Pasien dengan paralisis diafragma unilateral biasanya asimptomatik namun mempunyai keluhan  sesak saat aktifitas berat dan ada keterbatasan aktivitas saat latihan. Kadang-kadang pasien dengan paralisis diafragma unilateral mengeluh sesak saat mereka pada posisi supine. Keadaan yang menyertai seperti obesitas, kelemahan sekelompok otot lainnya atau penyakit jantung dan paru (seperti PPOK) akan memperberat sesak khususnya saat posisi supine. Jika tanpa keluhan, paralisis diafragma unilateral bisa diremukan pada pemeriksaan radiologi toraks berupa elevasi hemidiafragma.

Pasien dengan paralisis diafragma bilateral atau kelemahan diafragma berat lebih mungkin mempunyai keluhan berupa sesak yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya atau gagal napas berulang.  Mereka bisa sesak berat saat istirahat, saat posisi supine, aktivitas berat, atau saat masuk dalam air dengan permukaan air sampai ke pinggang. Mereka sering memerlukan sandaran tinggi saat tidur dan menghindari renang atau aktivitas dengan posisi membungkuk. Riwayat pembedahan toraks, manipulasi vertebra cervical, trauma leher, penyakit neuromuscular progresif lambat, atau nyeri leher atau bahu akut harus dicari pada pasien dengan paralisis diafragma, baik unilateral maupun bilateral.


Pasien paralisis diafragma bilateral berisiko lebih tinggi terhadap gangguan tidur (sering terbangun) dan hipoventilasi selama tidur. Akibatnya, keluhan awal bisa berupa kelelahan,  hypersomnia, depresi, nyeri kepala pagi hari, dan sering terbangun malam hari. Komplikasi lain paralisis diafragma bilateral adalah atelektasis subsegmental dan infeksi saluran napas bawah.

Sumber: N Engl J Med 2012;366:932-42

Tidak ada komentar: