Pleura terdiri atas pleura parietal dan pleura viseral. Pada keadaan normal, terdapat sedikit cairan diantara permukaan serosa kedua pleura, yang selalu mengalami pergantian. Selain berfungsi sebagai lapisan dalam rongga pleura agar tidak menimbulkan friksi, membran ini juga berhubungan dengan transportasi cairan. Komposisi normal cairan pleura sebagai berikut:
Struktur pleura |
- Volume :0,1-0,2 ml/kgBB
- Jumlah sel / mm3 : 1000-5000
- sel mesotelial: 3-70%
- monosit :30-75%
- limfosit : 2-30%
- granulosit : 10%
- Protein : 1-2 g/dl
- % albumin : 50-70%
- Glukosa : ~ kadar dalam plasma
- LDH :< 50% kadar dalam plasma
- pH : > plasma
Jarak antara pleura viseral dan parietal dalam rongga pleura sebesar 5-10 mm, berisi cairan dan sel bebas.Cairan tersebut mengandung glikosaminoglikan, terutama hialuronat, yang berfungsi sebagai pelicin. Tekanan hidrostatik dalam kapiler serosa mendorong cairan dalam aliran darah menembus dinding kaliper dan masuk ke rongga pleura, sebaliknya tekanan osmotik kapiler akan menarik cairan dari rongga pleura masuk ke dalam aliran darah.
Tekanan hidrostatik normal dalam kapiler pleura parietal serupa dengan kapiler sistemik lainnya (sekitar 25 mmHg), sedang tekanan dalam rongga pleura sedikit subatmosfer, rata-rata sekitar -3 mmHg. Perbedaan tekanan hidrostatik tersebut menyebabkan filtrasi cairan dari kapiler pleura parietal menuju rongga pleura. Berlawanan dengan tekanan hidrostatik, perbedaan tekanan onkotik akibat kadar protein plasma lebih tinggi dibanding cairan pleura sehingga terjadi reabsorbsi cairan dalam rongga pleura menuju ke kapiler pleura parietal. Karena perbedaan tekanan hidrostatik (25 + 3 = 28 mmHg) lebih besar daripada perbedaan tekanan onkotik (21 mmHg) maka terjadi filtrasi cairan dari kapiler menuju rongga pleura.
Dalam kapiler pleura viseral, keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik hasilnya sebaliknya, meskipun tekanan onkotik besarnya sama dengan kapiler parietal, tekanan hidrostatik kapiler pleura viseral lebih rendah dan lebih dekat dengan tekanan arteri pulmonar (sekitar 10 mmHg). Akhirnya, keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik menyebabkan reasorbsi cairan dari rongga pleura menembus permukaan pleura viseral. Mesotelium juga berperan dalam reasorbsi cairan pleura.
Sistem limfa pada pleura parietal berfungsi menjaga kelebihan cairan dalam rongga pleura dan mengembalikan protein dalam rongga pleura ke dalam sirkulasi plasma. Kadar protein dalam kapiler pleura parietal dan viseral lebih tinggi daripada dalam rongga pleura, sehingga sejumlah kecil protein secara terus menerus akan masuk ke rongga pleura. Jika tidak ada mekanisme yang mampu mengeluarkan protein dari rongga pleura maka tekanan onkotik rongga pleura meningkat dan menarik cairan sehingga terjadi akumulasi cairan dalam rongga pleura. Sistem limfa dalam pleura mengeluarkan protein dari rongga pleura dalam jumlah tertentu sehingga terjadi perbedaan kadar protein dalam plasma dan rongga pleura, hasilnya adalah volume cairan pleura relatif konstan.
Dalam kapiler pleura viseral, keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik hasilnya sebaliknya, meskipun tekanan onkotik besarnya sama dengan kapiler parietal, tekanan hidrostatik kapiler pleura viseral lebih rendah dan lebih dekat dengan tekanan arteri pulmonar (sekitar 10 mmHg). Akhirnya, keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik menyebabkan reasorbsi cairan dari rongga pleura menembus permukaan pleura viseral. Mesotelium juga berperan dalam reasorbsi cairan pleura.
Sistem limfa pada pleura parietal berfungsi menjaga kelebihan cairan dalam rongga pleura dan mengembalikan protein dalam rongga pleura ke dalam sirkulasi plasma. Kadar protein dalam kapiler pleura parietal dan viseral lebih tinggi daripada dalam rongga pleura, sehingga sejumlah kecil protein secara terus menerus akan masuk ke rongga pleura. Jika tidak ada mekanisme yang mampu mengeluarkan protein dari rongga pleura maka tekanan onkotik rongga pleura meningkat dan menarik cairan sehingga terjadi akumulasi cairan dalam rongga pleura. Sistem limfa dalam pleura mengeluarkan protein dari rongga pleura dalam jumlah tertentu sehingga terjadi perbedaan kadar protein dalam plasma dan rongga pleura, hasilnya adalah volume cairan pleura relatif konstan.
7 komentar:
Terima kasih postingannya ^^ Kalau saya boleh tahu, daftar sumber pustakanya Anda ambil dari buku atau jurnal apa ya?
Dari beberapa jurnal dan buku text, saya cari dulu ya. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya
Hi ^^ apa Anda sudah dapat sumber pustakanya?
Kepustakaan:
1. Endardjo S. Mesothel pleura reaktif. In: Rachmad KB editor. Empiema toraks, penanganan bedah terkini, Subbagian Bedah toraks FKUI RSCM. 2002. 1-6
2. Kinasewitz GT. Pleural fluid dynamics and effusion. In: Fishman AP ed. Fishman's Pulmonary disease and disorder. 3rd ed. 1998. 1389-1409
Terima kasih ^^
Albumin memang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Karena Fungsi Albumin yang sangat banyak, maka albumin sekarang mulai dicari orang. Baik untuk penyembuhan segala jenis LUKA hingga mereka yang kena AIDS dan DIABETES. Dan cara mendapatkan albumin itu mudah, karena di alam sekitar kita telah tersedia...
Semoga post anda ini bermanfaat
Terima kasih kunjungannya. Hubungan fungsi albumin dengan fungsi pleura? ADA, diantaranya bila kadar albumin dalam darah berkurang maka cairan dalam pembuluh darah akan keluar, salah satunya menuju rongga pleura dan terjadilah efusi pleura (biasanya bilateral)
Posting Komentar