10 Oktober 2013

NYERI DADA, akibat gangguan neuropsikiatri

Sejak abad sembilan belas, para klinisi telah mengakui bahwa kecemasan bisa berhubungan dengan gejala dan tanda seperti kelainan kardiovaskuler. Pasien dengan cemas yang berhubungan dengan nyeri dada sering dilakukan pemeriksaan untuk mencari apakah ada kelainan arteri koroner atau nyeri dada akibat sebab yang lain (nonkardiak). Bila evaluasi gagal menemukan penyebab fisik nyeri dada, pasien sering menghentikan layanan medis dengan masalah yang belum terselesaikan. Sayangnya nyeri dada neuropsikiatrik sering kambuh dan mengganggu pasien. Jika diagnosis bisa ditegakkan, nyeri dada hampir selalu bisa disembuhkan.

Diagnosis nyeri dada akibat gangguan neuropsikiatri biasanya sulit, karena tidak ada uji laboratorium yang mampu membedakan faktor psikologis atau fisiologis yang menyebabkan nyeri. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik kadang sangat membantu jika pasien melaporkan gejala atau area nyeri yang tidak sesuai dengan penyebab fisik nyeri dada. Nyeri dada karena gangguan neuropsikiatri adalah generalized anxiety disorder, panic disorder dan sindrom hiperventilasi.

Generalized anxiety disorder
Sekitar 50% pasien dengan generalized anxiety disorder mengeluh nyerri dada. Pasien sering merasakan nafas berat atau sesak, sama antara saat istirahat maupun aktivitas. Pada hampir semua kasus, pasien merasakan kecemasan mereka dan pertama kali konsultasi ke psikiater. Perlu diperhatikan, khususnya pada pasien tua, kemungkinan penyakit arteri koroner harus disingkirkan. Pengobatan adalah konseling psikiatri.

Panic disorder
Berlawanan dengan generalized anxiety disorder, pasien dengan panic disorder memperlihatkan penampilan yang lebih dramatik. Pada pasien ini onset nyeri dada terjadi setelah dimulainya serangan panik. Mereka mengeluhkan kesulitan bernapas, perasaan panik, ketakutan dan palpitasi. Ciri khas nyeri dada ini adalah muncul tanpa aktivitas fisik atau pengerahan tenaga. Pada pasien muda tidak perlu observasi lebih lanjut, namun pada pasien tua evaluasi lebih luas perlu dilakukan keadaan klinis dan faktor risiko pasien terhadap penyakit arteri koroner. Tatalaksana utama nyeri dada yang berhubungan dengan serangan panik adalah konseling psikiatri.

Sindrom hiperventilasi
Sebagian pasien yang mengalami hiperventilasi akut berkonsultasi ke dokter karena nyeri dada, sering retrosternal dan berhubungan dengan takipnea dan dispnea. Keluhan sering berhubungan dengan kesemutan pada bibir dan spasme karpopedal, berguna untuk petunjuk diagnosis. Mencermati riwayat sebelumnya dengan teliti biasanya akan mampu mengungkap peristiwa stres yang menimbulkan serangan hiperventilasi. Masih belum jelas apakah nyeri dada disebabkan oleh hiperventilasi saja atau disebabkan oleh kecemasan yang menyebabkan hiperventilasi. Tatalaksana sindrom hiperventilasi akut diarahkan untuk meningkatkan PCO2 arteri, sering dengan cara menghirup kembali karbondioksida yang diekshalasi. 

Tidak ada komentar: