Penanganan dispnea pada
dasarnya mencakup tatalaksana yang tepat terhadap penyakit yang mendasarinya.
Bila kondisi pasien memburuk sehingga mungkin terjadi gagal napas akut maka
perhatian lebih baik ditujukan pada keadaan daruratnya dulu sebelum dicari penyebab
yang melatarbelakanginya.
Disebut gagal napas akut
bila pada pemeriksaan analisis gas darah didapatkan PaO2 <50 mmHg atau PaCO2 >50 mmHg dengan pH di bawah normal.
Periksa orofaring untuk memastikan saluran napas tidak tersumbat karena
pembengkakan atau suatu benda asing. Intubasi endotrakeal dilakukan apabila
pasien mengalami henti napas atau mengarah ke gagal napas progresif.
Oksigen harus diberikan
kecuali ada bukti bahwa retensi CO2 akan memburuk karena tingginya fraksi
oksigen (FIO2) yang diberikan. Sisten ventury mask delivery dengan FIO2 sebesar 24 atau 28% biasanya aman.
Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 sebesar 60-70 mmHg dengan
kenaikan CO2 minimal.
Tujuan penatalaksanaan
dispnea
1.
Mengurangi sensasi usaha dan meningkatkan fungsi otot pernapasan
a.
Penghematan energy
b.
Strategi bernapas (purse lip breathing)
c.
Posisi (misalnya bersandar)
d.
Koreksi obesitas atau
malnutrisi
e.
Latihan otot pernapasan
f.
Mengistirahatkan otot inspirasi (nasal ventilation, oksigen
transtrakeal)
g.
Obat (misalnya teofilin)
2.
Menurunkan respiratory
drive
a.
Oksigen
b.
Exercise conditioning
c.
Vagal nerve section
d.
Reseksi bodi carotid
3.
Mengubah fungsi sistem saraf pusat
a.
Edukasi
b.
Intervensi psikologik
c.
Istirahat dan sedative
4.
Latihan sendiri atau dengan rehabilitasi paru
a.
Meningkatkan kemampuan mengurus diri sendiri
b.
Memperbaiki efisiensi gerakan
c.
Desensitisasi dispnea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar