Gastroesophageal Refluks Disease (GERD) didefinisikan sebagai gangguan berupa isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang menganggu. Gejala atau komplikasi pada sistem respirasi diantaranya adalah batuk kronik dan pencetus serangan asma.
Definisi GERD tersebut diajukan oleh Konsensus Asia Pasifik mengenai GERD tahun 2008 dengan penekanan pada kata "mengganggu", karena menandakan munculnya gangguan terhadap kualitas hidup dan menyarikan pendapat umum yang menyatakan bahwa apabila refluks esofageal ingin dinyatakan sebagai penyakit, maka kelainan tersebut harus mempengaruhi kualitas hidup pasien.
GERD juga dapat dipandang sebagai suatu kelainan yang menyebabkan cairan lambung, dengan berbagai kandungannya, mengalami refluks ke dalam esofagus dan menimbulkan gejala khas seperti heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih) serta gejala-gejala lain seperti regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah), nyeri epigastrium, disfagia, dan odinofagia.
Gejala GERD dapat tumpang tindih dengan sindroma dispepsia, sehingga untuk membedakannya harus dilakukan dengan cermat. Heartburn tidak mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia, sehingga anamnesis perlu dilakukan dengan cermat. Heartburn bisa berarti "rasa panas dari uluhati dan naik ke arah dada". Sedang regurgitasi asam dikenal pasien sebagai perasaan ada cairan asam di dalam mulut.
Pasien dapat mengalami gejala-gejala lain seperti nyeri dada nonkardiak, kembung, mual, nyeri menelan, mudah kenyang, dan nyeri uluhati, dengan atau tanpa gejala refluks yang tipikal. Pada beberapa kasus pasien datang dengan gejala tidak tipikal (bukan berasal dari saluran cerna) seperti laringitis kronik, bronkitis dan asma. Keluhan yang tidak khas ini merupakan salah satu ciri pasien GERD Asia, keluhan nyeri dada nonkardiak merupakan keluhan paling umum.
Ada dua kelompok pasien GERD, yaitu pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi (Erosive Reflux Disease/ERD), dan kelompok lain adalah pasien dengan gejala refluks yang menganggu tanpa adanya kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi (Non-erosive Refluks Disease/NERD). Data yang ada menunjukkan bahwa gejala-gejala yang dialami oleh pasien NERD juga disebabkan oleh asam, berdasarkan pemantauan pH, respons terhadap terapi penekanan asam dan uji Bernstein yang positif.
Sumber: Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar