30 Januari 2014

Pneumonitis radiasi

Pneumonitis radiasi adalah bentuk kerusakan paru akut yang terjadi sebagai respons terhadap berbagai tipe radiasi pengion (ionizing radiation) dan menimbulkan keluhan. Dosis total radiasi dan jumlah radiasi perhari (fraksinasi) yang diterima pasien merupakan faktor terpenting terjadinya pneumonitis radiasi. 

Pada dosis fraksinasi 180-200 cGy (1 cGy = 1 rad), radiasi umumnya bisa ditoleransi dengan baik dan toksisitas paru minimal. Dosis fraksinasi 250 cGy atau lebih sangat meningkatkan insidens pneumonitis radiasi, bisa terjadi pada lebih dari 20% pasien yang diterapi dengan dosis tersebut. Insidens pneumonitis radiasi ringan sampai sedang terjadi pada sekitar 10%, pneumonitis radiasi berat pada 1-3% pasien yang mendapat radioterapi. 

Pneumonitis radiasi akut terjadi pada sebagian kecil pasien yang mendapatkan radioterapi. Gejala utama adalah sesak napas, batuk nonproduktif atau produktif minimal, dan napas cepat. Manifestasi lain yang mungkin terjadi adalah subfebris, keringat malam, leukositosis, sesak saat aktivitas berat, sianosis, dan produksi sputum yang meningkat (dengan atau tanpa hemoptisis). Pada pemeriksaan histologis didapatkan kerusakan paru dengan derajad yang bervariasi pada pasien yang mendapatkan radiasi pada toraks. Perubahan jaringan tersebut bisa terjadi dalam 24 jam setelah awal pemberian radioterapi. Pasien biasanya tidak mengeluh dalan 2-3 bulan setelah radioterapi selesai.

Pneumonitis radiasi kronik (disebut juga fibrosis radiasi) bisa terjadi 6-24 bulan setelah radiasi, namun umumnya stabil dalam 2 tahun. Pada kondisi ini, radiasi pengion secara perlahan menyebabkan remodeling jaringan paru sehingga terjadi fibrosis paru. Terjadi penebalan dinding vaskuler dan pembentukan parut fibrotik pada jaringan interstisial paru. Manifestasi klinis kelainan fibrotik pada parenkim paru tersebut, bisa tanpa keluhan atau hanya sesak ringan. pada beberapa kasus bisa terjadi gagal napas secara bertahap sampai terjadi korpulmonal. Fibrosis radiasi bisa terjadi tanpa didahului oleh episode pneumonitis radiasi akut. 

Adakah tipe lain pneumonitis radiasi? Beberapa peneliti percaya bahwa pneumonitis hipersensitivitas bisa terjadi pada pasien yang mendapatkan radiasi pengion. Reaksinya bisa terjadi di luar batas radiasi, bahkan paru kontralateral, akibat tussue factor yang dilepaskan oleh sel rusak akibat radiasi. Karena reaksi ini menimbulkan infiltrat pada bagian paru yang tidak mendapatkan radiasi, bisa mengganggu gambaran klinis dikira kelainan tersebut akibat penyekit lain seperti pneumonia, infark paru, atau reaksi paru akibat obat lain.

Radiation Therapy Oncology Group (RTOG) dan European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) telah menerbitkan derajat kelainan paru akibat radiasi dengan skala 0-5, sebagai berikut:

Skala fase akut:
- Derajat 0: tanpa gejala
- Derajat 1: batuk atau sesak ringan saat memeras tenaga
- Derajat 2: batuk saat memeras tenaga ringan atau memerlukan pengobatan medis
- Derajat 3: perlu oksigen dan/atau steroid untuk mengatasi gejala saat istirahat
- Derajat 4: perlu dukungan oksigen berkelanjutan atau ventilasi mekanik
- Derajat 5: kematian yang berhubungan dengan fibrosis progresif dan/atau ketidakcukupan respirasi akibat radiasi.

Skala fase kronik:
- Derajat 0: tanpa gejala
- Derajat 1: tanpa gejala atau batuk ringan dengan perubahan gambaran radiologi ringan
- Derajat 2: gejala sedang akibat pneumonitis akut atau fibrosis kronik
- Derajat 3: gejala berat dengan perubahan radiologi padat
- Derajat 4: perlu dukungan oksigen berkelanjutan atau ventilasi mekanik
- Derajat 5: kematian yang berhubungan dengan fibrosis progresif dan/atau ketidakcukupan respirasi akibat radiasi.

Tidak ada komentar: