9 Februari 2013

PNEUMOKONIOSIS PEKERJA BATUBARA


Pneumonitis pekerja batubara, disebut juga Coal worker pneumokoniosis (CWP) dikenal sebagai penyakit penambang batu bara, penyakit paru hitam, antrakosis, dan asma penambang, merupakan penyakit pulmoner nodular progresif yang bisa berbentuk sederhana (ditandai dengan opasitas paru kecil) atau disertai komplikasi (fibrosis raksasa progresif yang ditandai gumpalan jaringan fibrosa dalam paru).

Seseorang berisiko menderita  CWP tergantung pada:

1.       Durasi pajanan pasien terhadap debu batu bara (biasanya selama 15 tahun atau lebih),
2.       Intensitas pajanan (banyaknya debu, ukuran partikel),
3.       Kedekatannya pada tempat penambangan,
4.       Konten silika batu bara, dan
5.       Kerentanan pekerja.

Prognosisnya bervariasi. Penyakit sederhana dan asimtomatik ini bersifat self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi), tetapi bisa berkembang ke bentuk yang disertai komplikasi. CWP dengan komplikasi bisa membuat penderitanya mengalami ketidakmampuan yang menyebabkan gagal napas berat dan gagal jantung sisi kanan yang muncul setelah hipertensi pulmoner.

Patofisiologi Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara
Atrofi jaringan penunjang yang menyebabkan dilasi permanen pada jalan napas kecil (enfisema fokal). Inhalasi dan lamanya retensi partikel debu batu bara yang bisa di respirasi (diameter kurang dari 5 mikron) yang menyebabkan pembentukan makula (akumulasi makrofog yang termuat dalam debu batu bara) disekitar bronkiolus terminal dan respiratorik yang dikelilingi oleh alveoli yang mengalami dilasi. Selanjutnya bisa terjadi penyimpangan struktur pulmoner yang terlihat secara kasat mata akibat jaringan fibrosa membesar dan bergabung.

Tanda Dan Gejala Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara
Dada kadang seperti tong, paru hiperresonan dengan dengan napas dangkal dan lemah, kadang terdengar ronki dan wheezing. Komplikasi, bisa terjadi hipertensi pulmoner, hipertrofi ventrikular kanan, cor pulmonale, dan TB paru. Batuk yang kadang-kadang mengeluarkan sputum berwarna hitam seperti tinta, seperti susu, kelabu, jernih, atau bernoda batu bara. Dispnea yang makin memberat saat aktifitas.

Penyakit ini dibagi atas bentuk simple dan complicated berdasarkan gambaran foto rontgen toraks.

Simple Coal Workers Pneumoconiosis (Simple CWP)
Gambaran klinis kelainan ini terjadi karena inhalasi debu batubara saja. Secara klinis hampir tidak ada gejala, Simple CWP tidak akan memburuk apabila tidak ada paparan lebih lanjut. Hal yang paling penting pada simple CWP adalah penyakit ini dapat berkembang menjadi complicated CWP.

Gambaran radiologis
Untuk menilai kelainan radiologis pada pneumokoniosis digunakan klasifikasi standar menurut ILO
Perselubungan pada pneumokoniosis dibagi dua golongan, yaitu perselubungan halus dan kasar.
A. Perselubungan halus (small opacities)
Perlu diketahui empat sifat perselubungan untuk mengetahui penggolongan ini, yaitu bentuk, ukuran, banyak dan luasnya perselubungan. Menurut bentuknya dikenal perselubungan halus bentuk lingkar dan bentuk irregular.Ukuran perselubungan dibagi dalam 3 kategori untuk masing- masing bentuk.
Bentuk perselubungan lingkar dibagi berdasarkan diameternya, yaitu:
·         p = bentuk lingkar dengan diameter sampai 1,5 mm
·         q = bentuk lingkar dengan diameter antara 1,5 – 3 mm
·         r = bentuk lingkar dengan diameter 3 – 10 mm
Bentuk iregular dibagi berdasarkan lebarnya, yaitu :
·         s = perselubungan halus sampai lebar 1,5 mm
·         t = perselubungan sedang dengan lebar antara 1,5 – 3 mm
·         u = perselubungan kasar dengan lebar antara 3 – 10 mm
Untuk menuliskan ukuran dan bentuk harus digunakan 2 huruf. Huruf pertama menunjukkan kelainan yang lebih dominan. Misalnya q/t = perselubungan dengan bentuk q yang dominan, tetapi ada bentuk perselubungan iregular berbentuk t tapi kurang banyak dibandingkan dengan bentuk q.
Kerapatan (profusion) didasarkan pada konsentrasi atau jumlah perselubungan lingkar per satuan area. Dibagi atas kategori 0 sampai 3, dengan rincian sebagai berikut:
·         Kategori 0 = tidak ada perselubungan atau kerapatan kurang dari 1.
·         Kategori 1 = ada peselubungan tetapi tidak banyak jumlahnya.
·         Kategori 2 = perselubungan banyak, tetapi corakan paru masih kelihatan.
·         Kategori 3 = perselubungan sangat banyak sehingga corakan paru sebagian atau seluruhnya menjadi kabur.
Pada pembacaan foto toraks pneumokoniosis ada 12 kategori, yaitu :
·         0/- 0/0 0/11/0
·         1/1   1/2
·         2/1   2/2
·         2/3   3/2
·         3/3 3/+
Angka pertama menunjukkan kerapatan yang lebih dominan daripada angka di belakangnya. Pada penentuan klasifikasi pneumokoniosis menurut gambaran foto toraks diperlukan perbandingan dengan film standar.
Menurut distribusi perselubungan, lapangan paru dibagi atas 6 area. Tiap lobus mempunyai 3 area yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah. Kerapatan merupakan petunjuk penting menentukan derajat beratnya penyakit.

B. perselubungan kasar (large opacities).
Perselubungan ini dibagi atas 3 kategori, yaitu A, B dan C.
·         Kategori A: Satu perselubungan dengan diameter antara 1-5 cm atau beberapa perselubungan dengan diameter masing-masing lebih dari 1 cm, tetapi bila diameter tiap perselubungan dijumlahkan maka tidak melebihi 5 cm.
·         Kategori B: Satu atau beberapa perselubungan yang lebih besar atau lebih banyak dibandingkan kategori A dengan jumlah luas perselubungan tidak melebihi luas lapangan paru kanan atas.
·         Kategori C: Satu atau beberapa perselubungan yang jumlah luasnya melebihi luas lapangan paru kanan atas atau sepertiga lapangan paru kanan.

Pada simple CWP dan kelainan radiologis berupa perselubungan halus bentuk lingkar, perselubungan tersebut dapat ditemukan di mana saja pada lapangan paru, tetapi yang paling  sering di lobus atas.
Perselubungan halus bentuk p dan q lebih sering ditemukan pada CWP, sedangkan bentuk nodul atau bentuk r lebih sering pada silikosis.Tetapi pada kebanyakan kasus, secara radiologis CWP dan silikosis sukar dibedakan, kecuali bila terdapat kalsifikasi parenchymal opacities atau egg-shell calcification yang khas untuk silikosis
Beratnya gejala penyakit tidak mempunyai korelasi dengan gambaran radiologis. Demikian juga besarnya kelainan faal paru juga tidak berkorelasi dengan perubahan  gambaran radiologis

Pemeriksaan faal paru
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) merupakan pemeriksaan faal paru yang paling sederhana, dapat diulang dan digunakan secara luas. Pemeriksaan ini cukup sensitif untuk mendeteksi kelainan dan mengidentifikasi penderita dengan penyakit yang progresif. Pemeriksaan sebelum bekerja dan pemeriksaan berkala setelah bekerja dapat mengidentifikasi penyakit dan perkembangan kelainan pada orang-orang yang tidak mempunyai gejala
Pemeriksaan flow-volume curve dan volume of isoflow merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif untuk mendeteksi kelainan pada jalan napas kecil.
Pengukuran kapasitas difusi (DLCO) sangat sensitif mendeteksi kelainan interstitial, tetapi semua pemeriksaan ini tidak dianjurkan dilakukan secara rutin. Secara umum, mereka yang pada awal pekerjaan telah menunjukkan kelainan, penyakitnya akan berlanjut. Mereka hendaknya diberi tahu tentang kelainan ini dan dianjurkan untuk menukar pekerjaan
Faal paru pada simple CWP biasanya tidak menunjukkan kelainan. VEP1 akan menurun sedikit bila seseorang telah bekerja di dalam tambang selama 30 tahun, pemeriksaan kapasitas difusi biasanya normal.

Complicated Coal Workers Pneumoconiosis atau Fibrosis Masif Progresif (FMP)
Complicated CWP ditandai oleh timbulnya fibrosis yang luas dan hampir selalu terdapat di lobus atas. Fibrosis masif progresif didefinisikan sebagai lesi dengan diameter melebihi 3 cm, terjadi oleh karena satu atau lebih faktor berikut, yaitu:
1) Terdapat silika dalam debu batubara.
2) Konsentrasi debu batubara yang sangat tinggi.
3) Infeksi mikobakteria tipikal atau atipik.
4) Faktor imunologi penderita yang buruk.
Setiap bayangan dengan diameter lebih besar dari 1 cm terlihat pada foto toraks  pekerja tambang batubara dengan simple CWP dianggap sebagai fibrosis masif progresif, kecuali bila terbukti ada penyakit lain seperti tuberkulosis
Gambaran Klinis Pada stadium awal penyakit, gejala dan tanda kalaupun ada,hanya sedikit. Batuk dan sputum menjadi lebih sering, sputum berwarna hitam (melanoptisis). Bila penyakit berlanjut terjadi kolaps lobus, biasanya lobus atas. dan sering terjadi deviasi trakea. Selanjutnya timbul gejala sesak pada waktu melakukan aktivitas, dan berkembang menjadi gagal napas akibat obstruksi dan restriksi paru, korpulmonale, hipertensi pulmonal dan gagal ventrikel kanan.

Tidak ada komentar: