Pneumonitis pekerja batubara, disebut juga Coal worker pneumokoniosis (CWP) dikenal sebagai penyakit penambang batu bara, penyakit paru hitam, antrakosis, dan asma penambang, merupakan penyakit pulmoner nodular progresif yang bisa berbentuk
sederhana (ditandai dengan opasitas paru kecil) atau disertai komplikasi
(fibrosis raksasa progresif yang ditandai gumpalan jaringan fibrosa dalam
paru).
Seseorang berisiko menderita CWP tergantung pada:
1. Durasi
pajanan pasien terhadap debu batu bara (biasanya selama 15 tahun atau lebih),
2. Intensitas
pajanan (banyaknya debu, ukuran partikel),
3. Kedekatannya
pada tempat penambangan,
4. Konten
silika batu bara, dan
5. Kerentanan pekerja.
Prognosisnya bervariasi. Penyakit
sederhana dan asimtomatik ini bersifat self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak
intervensi), tetapi bisa berkembang ke bentuk yang disertai
komplikasi. CWP dengan komplikasi bisa membuat penderitanya
mengalami ketidakmampuan yang menyebabkan gagal napas berat dan gagal jantung
sisi kanan yang muncul setelah hipertensi pulmoner.
Patofisiologi Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara
Atrofi jaringan penunjang yang
menyebabkan dilasi permanen pada jalan napas kecil (enfisema fokal). Inhalasi
dan lamanya retensi partikel debu batu bara yang bisa di respirasi (diameter
kurang dari 5 mikron) yang menyebabkan pembentukan makula (akumulasi makrofog
yang termuat dalam debu batu bara) disekitar bronkiolus terminal dan
respiratorik yang dikelilingi oleh alveoli yang mengalami dilasi. Selanjutnya
bisa terjadi penyimpangan struktur pulmoner yang terlihat secara kasat mata
akibat jaringan fibrosa membesar dan bergabung.
Tanda Dan
Gejala Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara
Dada kadang seperti tong,
paru hiperresonan dengan dengan napas dangkal dan lemah, kadang terdengar ronki dan wheezing. Komplikasi, bisa terjadi
hipertensi pulmoner, hipertrofi ventrikular kanan, cor pulmonale, dan TB paru.
Batuk yang kadang-kadang mengeluarkan sputum berwarna hitam seperti tinta,
seperti susu, kelabu, jernih, atau bernoda batu bara. Dispnea yang makin
memberat saat aktifitas.
Penyakit ini dibagi atas bentuk simple dan complicated berdasarkan gambaran foto rontgen toraks.
Simple
Coal Workers Pneumoconiosis (Simple CWP)
Gambaran klinis kelainan ini terjadi
karena inhalasi debu batubara saja. Secara klinis hampir tidak ada gejala, Simple
CWP tidak akan memburuk apabila tidak ada paparan lebih lanjut. Hal yang paling
penting pada simple CWP adalah penyakit ini dapat berkembang menjadi complicated
CWP.
Gambaran
radiologis
Untuk menilai kelainan radiologis
pada pneumokoniosis digunakan klasifikasi standar menurut ILO
Perselubungan pada pneumokoniosis
dibagi dua golongan, yaitu perselubungan halus dan kasar.
A. Perselubungan halus (small
opacities)
Perlu diketahui empat sifat perselubungan
untuk mengetahui penggolongan ini, yaitu bentuk, ukuran, banyak dan luasnya
perselubungan. Menurut bentuknya dikenal perselubungan halus bentuk lingkar dan
bentuk irregular.Ukuran perselubungan dibagi dalam 3 kategori untuk masing-
masing bentuk.
Bentuk perselubungan lingkar dibagi
berdasarkan diameternya, yaitu:
·
p = bentuk lingkar dengan diameter sampai 1,5 mm
·
q = bentuk lingkar dengan diameter antara 1,5 – 3 mm
·
r = bentuk lingkar dengan diameter 3 – 10 mm
Bentuk iregular dibagi berdasarkan
lebarnya, yaitu :
·
s = perselubungan halus sampai lebar 1,5 mm
·
t = perselubungan sedang dengan lebar antara 1,5 – 3 mm
·
u = perselubungan kasar dengan lebar antara 3 – 10 mm
Untuk menuliskan ukuran dan bentuk
harus digunakan 2 huruf. Huruf pertama menunjukkan kelainan yang lebih dominan.
Misalnya q/t = perselubungan dengan bentuk q yang dominan, tetapi ada bentuk
perselubungan iregular berbentuk t tapi kurang banyak dibandingkan dengan
bentuk q.
Kerapatan (profusion) didasarkan
pada konsentrasi atau jumlah perselubungan lingkar per satuan area. Dibagi
atas kategori 0 sampai 3, dengan rincian sebagai berikut:
·
Kategori 0 = tidak ada perselubungan atau kerapatan kurang
dari 1.
·
Kategori 1 = ada peselubungan tetapi tidak banyak jumlahnya.
·
Kategori 2 = perselubungan banyak, tetapi corakan paru masih
kelihatan.
·
Kategori 3 = perselubungan sangat banyak sehingga corakan
paru sebagian atau seluruhnya menjadi kabur.
Pada pembacaan foto toraks
pneumokoniosis ada 12 kategori, yaitu :
·
0/- 0/0 0/11/0
·
1/1 1/2
·
2/1 2/2
·
2/3 3/2
·
3/3 3/+
Angka pertama menunjukkan kerapatan
yang lebih dominan daripada angka di belakangnya. Pada penentuan klasifikasi
pneumokoniosis menurut gambaran foto toraks diperlukan perbandingan dengan film
standar.
Menurut distribusi perselubungan,
lapangan paru dibagi atas 6 area. Tiap lobus mempunyai 3 area yaitu lobus atas,
lobus tengah dan lobus bawah. Kerapatan merupakan petunjuk penting menentukan
derajat beratnya penyakit.
B. perselubungan kasar (large opacities).
Perselubungan ini dibagi atas 3 kategori, yaitu A, B dan C.
·
Kategori A: Satu perselubungan dengan diameter
antara 1-5 cm atau beberapa perselubungan dengan diameter masing-masing
lebih dari 1 cm, tetapi bila diameter tiap perselubungan dijumlahkan maka tidak
melebihi 5 cm.
·
Kategori B: Satu atau beberapa perselubungan yang lebih
besar atau lebih banyak dibandingkan kategori A dengan jumlah luas
perselubungan tidak melebihi luas lapangan paru kanan atas.
·
Kategori C: Satu atau beberapa perselubungan yang jumlah
luasnya melebihi luas lapangan paru kanan atas atau sepertiga lapangan paru
kanan.
Pada simple CWP dan kelainan
radiologis berupa perselubungan halus bentuk lingkar, perselubungan tersebut
dapat ditemukan di mana saja pada lapangan paru, tetapi yang paling
sering di lobus atas.
Perselubungan halus bentuk p dan q
lebih sering ditemukan pada CWP, sedangkan bentuk nodul atau bentuk r lebih
sering pada silikosis.Tetapi pada kebanyakan kasus, secara radiologis CWP dan
silikosis sukar dibedakan, kecuali bila terdapat kalsifikasi parenchymal
opacities atau egg-shell calcification
yang khas untuk silikosis
Beratnya gejala penyakit tidak
mempunyai korelasi dengan gambaran radiologis. Demikian juga besarnya kelainan
faal paru juga tidak berkorelasi dengan perubahan gambaran
radiologis
Pemeriksaan
faal paru
Pengukuran volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) merupakan pemeriksaan
faal paru yang paling sederhana, dapat diulang dan digunakan secara luas.
Pemeriksaan ini cukup sensitif untuk mendeteksi kelainan dan mengidentifikasi
penderita dengan penyakit yang progresif. Pemeriksaan sebelum bekerja dan
pemeriksaan berkala setelah bekerja dapat mengidentifikasi penyakit dan perkembangan
kelainan pada orang-orang yang tidak mempunyai gejala
Pemeriksaan flow-volume curve dan volume
of isoflow merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif untuk mendeteksi kelainan
pada jalan napas kecil.
Pengukuran kapasitas difusi (DLCO)
sangat sensitif mendeteksi kelainan interstitial, tetapi semua pemeriksaan ini
tidak dianjurkan dilakukan secara rutin. Secara umum, mereka yang pada awal
pekerjaan telah menunjukkan kelainan, penyakitnya akan berlanjut. Mereka
hendaknya diberi tahu tentang kelainan ini dan dianjurkan untuk menukar pekerjaan
Faal paru pada simple CWP biasanya
tidak menunjukkan kelainan. VEP1 akan menurun sedikit bila seseorang telah bekerja
di dalam tambang selama 30 tahun, pemeriksaan kapasitas difusi biasanya normal.
Complicated
Coal Workers Pneumoconiosis atau Fibrosis Masif Progresif (FMP)
Complicated CWP ditandai oleh
timbulnya fibrosis yang luas dan hampir selalu terdapat di lobus atas. Fibrosis
masif progresif didefinisikan sebagai lesi dengan diameter melebihi 3 cm,
terjadi oleh karena satu atau lebih faktor berikut, yaitu:
1) Terdapat silika dalam debu
batubara.
2) Konsentrasi debu batubara yang
sangat tinggi.
3) Infeksi mikobakteria tipikal atau
atipik.
4) Faktor imunologi penderita yang
buruk.
Setiap bayangan dengan diameter
lebih besar dari 1 cm terlihat pada foto toraks pekerja tambang batubara
dengan simple CWP dianggap sebagai fibrosis masif progresif, kecuali bila terbukti
ada penyakit lain seperti tuberkulosis
Gambaran Klinis Pada stadium awal
penyakit, gejala dan tanda kalaupun ada,hanya sedikit. Batuk dan sputum menjadi
lebih sering, sputum berwarna hitam (melanoptisis). Bila penyakit berlanjut
terjadi kolaps lobus, biasanya lobus atas. dan sering terjadi deviasi trakea.
Selanjutnya timbul gejala sesak pada waktu melakukan aktivitas, dan berkembang
menjadi gagal napas akibat obstruksi dan restriksi paru, korpulmonale,
hipertensi pulmonal dan gagal ventrikel kanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar