Silikosis adalah suatu
penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan
peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru.
Terdapat 3 jenis silikosis:
- Silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20 tahun).Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.
- Silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (4-8 tahun). Peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.
- Silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.
Pada silikosis simplek dan akselerata
bisa terjadi fibrosif masif progresif. Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan
kerusakan pada struktur paru yang normal.
Penyebab
Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada:
Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada:
·
buruh
tambang logam
·
pekerja
pemotong batu dan granit
·
pekerja
pengecoran logam
·
pembuat
tembikar.
Biasanya gejala timbul setelah terpajan
selama 20-30 tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan
pembuatan alat pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat
tinggi, gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Bila terhirup, serbuk silika masuk ke
paru dan sel pembersih (misalnya makrofag) akan mencernanya. Enzim yang
dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada paru.
Pada awalnya, daerah parut ini hanya
merupakan bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya,
mereka bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata).
Daerah parut ini tidak dapat
mengalirkan oksigen ke dalam darah secara normal. Paru menjadi kurang lentur
dan penderita mengalami gangguan pernafasan.
Gejala
Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis).
Gejala
Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis).
Silikosis konglomerata bisa
menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas.
Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.
Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat.
Keluhan pernafasan bisa memburuk
dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di
paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa
berakibat fatal.
Jika terpajan oleh organisme penyebab
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis), penderita silikosis mempunyai resiko
3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.
Gejala tambahan yang mungkin
ditemukan, terutama pada silikosis akut:
·
demam
·
batuk
·
penurunan
berat badan
·
gangguan
pernafasan yang berat.
Diagnosis
Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika.
Pemeriksaan yang dilakukan:
Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai jenis pekerjaan, hobi dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar merupakan sumber pemaparan silika.
Pemeriksaan yang dilakukan:
·
Rontgen
dada (terlihat gambaran pola nodul dan jaringan parut)
·
Tes
fungsi paru
·
Tes
PPD (untuk TBC).
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pajanan.
Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen.
Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik.
Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan sumber pajanan.
Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator dan oksigen.
Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah:
·
membatasi
pajanan terhadap silica
·
berhenti
merokok
·
menjalani
tes kulit untuk TBC secara rutin.
Penderita silikosis memiliki resiko
tinggi menderita tuberkulosis sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit
secara rutin setiap tahun. Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
terhadap bakteri penyebab TB.
Jika hasilnya positif, diberikan obat anti tuberkulosis.
Jika hasilnya positif, diberikan obat anti tuberkulosis.
Pencegahan
Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis. Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup
Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu mencegah terjadinya silikosis. Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan udara bersih atau sungkup
Pekerja yang terpapar silika, harus
menjalani foto rontgen dada secara rutin. Untuk pekerja peledak pasir setiap 6
bulan dan untuk pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini dapat
diketahui secara dini. Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan
untuk menghindari pajanan terhadap silika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar