7 Mei 2013

MIKOSIS PARU, faktor risiko

Frekuensi mikosis paru semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang mengalami gangguan sistem imun misalnya pasien keganasan, transplantasi organ, infeksi HIV/AIDS, penyakit kronik sistemik, maupun terdapatnya paktor risiko misalnya penggunaan jangka panjang antibiotika, kortikosteroid, serta alat medis invasif (ventilator mekanik, kateter vena sentral, dll).


Prosedur diagnosis mikosis paru masih menjadi tantangan sampai saat ini. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti merupakan langkah penting. Langkah tersebut harus diikuti pemeriksaan penunjang yang tepat. Keluhan pasien mikosis paru mirip dengan keluhan penyakit paru pada umumnya, tidak ada keluhan yang khas. Keluhan demam, batuk, sesak dll perlu diwaspadai sebagai gejala mikosis paru pada pasien dengan keadaan sebagai berikut:
  • pasien dengan imunosupresi (neutropenia berat, keganasan darah, transplantasi organ atau kemoterapi).
  • penggunaan jangka panjang alat kesehatan invasif (ventilator mekanik, kateter vena sentral dan periver, kateter urin, kateter lambung, water sealed drainage, dll)
  • pasien dengan kondisi imunokompromis akibat penggunaan jangka panjang antibiotika berspektrum luas, kortikosteroid, obat imunosupresi
  • penyakit kronik seperti keganasan rongga toraks, PPOK, bronkiektasis, luluh paru, sirosis hati, insufisiensi renal, diabetes
  • gambaran infiltrat di paru dengan demam yang tidak membaik setelah pemberian antibiotik adekuat dengan atau tanpa adenopati
  • pasien dengan manifestasi mikosis kulit berupa lesi eritema nodusum pada ekstremitas bawah terutama  pada daerah endemik jamur tertentu
  • pasien terpajan atau setelah bepergian ke daerah endemik jamur tertentu.

Tidak ada komentar: