Sebagai salah satu modalitas pengobatan, kemoterapi sering diberikan pada pasien kanker paru berbagai stadium. Di samping manfaatnya dalam pengobatan, kemoterapi juga memberikan efek samping pada beberapa organ tubuh. Salah satu organ yang sering mendapatkan efek samping obat anti kanker adalah sumsung tulang, berupa myelosupresi.
Myelosupresi adalah efek samping kemoterapi yang tidak dinginkan, karena sifat kemoterapi yang membunuh sel muda dan sel normal yang sedang membelah diri. akibatnya terjadi rambut rontok, gangguan saluran cerna, sariawan, mual sampai muntah, gangguan jantung, ginjal dan hati. Derajat myelosupresi dibagi menjadi 4 tingkat (WHO) yaitu tingkat 0 sampai tingkat 4. Tingkat 3 dan 4 memerlukan perhatian lebih serius dan bila perlu dilakukan pengobatan tambahan.
Pengobatan tambahan sangat diperlukan karena berhubungan dengan kualias hidup penderita yang akan terganggu karena anemia dan mudah terkena infeksi dari yang ringan sampai berat seperti febrile neutropenia. Febrile neutropenia adalah suatu keadaan demam tinggi (>38 oC) dan jumlah neutrofil absolut (absolite neutrophyle count/ANC) kurang dari 500 sel/mm3.
Efek toksik kemoterapi akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan secara keseluruhan, karena mielosupresi akan menyebabkan penyesuaian dosis obat atau jadwal penggobatanj tidak tepat waktu sehingga menyebabkan penurunan respons pengobatan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efek samping kemoterapi terhadap sumsum tulang yaitu umur pasien, riwayat radiasi dan kemoterapi sebelumnya, adakah metastasis ke sumsum tulang, status nutrisi, kemampuan pasien untuk metabolisme obat, tipe radiasi dan kemoterapi yang didapat, dosis, jadwal, dan metode pemberian kemoterapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar