12 Januari 2014

Kelelahan otot respirasi

Otot respirasi meliputi diafragma, otot interkostal dan otot tambahan (sternocleidomastoid, scalene dan abdominal). Otot-otot tersebut merupakan otot rangka yang sangat penting untuk kehidupan karena proses respirasi sangat bergantung pada mereka. Fungsi utama otot tersebut adalah mengembangkan rongga toraks sehingga terbentuk tekanan intratoraks negatif dan selanjutnya terjadi aliran udara masuk ke paru.
Fungsi lain otot respirasi adalah batuk, muntah dan ekspektorasi, juga untuk stabilisasi tulang rusuk dan abdomen membentuk postur tubuh.

Otot utama respirasi adalah diafragma sedang yang lain adalah otot tambahan. Otot interkostal dikelompokkan menjadi eksternal dan internal, otot internal terbagi menjadi paraeksternal (intercartilagineus) dan interosseus. Otot interkostal eksternal biasanya berfungsi untuk fungsi inspirasi sedang interkostal internal untuk ekspirasi. Akhir-akhir ini, beberapa peneliti membuktikan bahwa kedua kelompok otot tersebut bekerja untuk ekspirasi saat volume toraks maksimal dan untuk inspirasi saat volume toraks minimal.

Otot sternocleidomastoid dan scalene biasanya dikelompokkan sebagai otot tambahan. Usaha pernapasan yang kuat, seperti saat pemeriksaan minute ventilation yang meningkatkan kapasitas vital sampai lebih dari 75% melibatkan otot sternocleidomastoid.

Otot abdomen merupakan otot utama untuk ekspirasi, melaui 3 mekanisme. Pertama, selama ekspirasi, kontraksi otot abdomen menyebabkan volume paru berkurang. Tekanan tersebut menyebabkan diafragma menempel tulang rusuk dan memperpanjang ukuran otot. Kedua, gerakan diafragma ke atas menyebabkan bentuknya lebih melengkung, menghasilkan pengurangan radius jari-jari lengkungan yang dapat meningkatkan efikasi mekanik. Ketiga, selama respirasi, energi elastik tersimpan dalam otot abdominal. Pelepasan energi selama inspirasi dapat meningkatkan upaya ekspirasi.

Kelelahan otot respirasi didefinisikan sebagai: hilangnya kapasitas untuk mengembangkan kekuatan yang dihasilkan oleh aktivitas otot saat ada beban. Kekuatan tersebut akan pulih kembali setelah istirahat. Dari sudut pandang klinis, kondisi yang merupakan predisposisi untuk terjadinya kelelahan otot respirasi dibagi menjadi dua tipe, yaitu kondisi yang meningkatkan beban respirasi dan kondisi yang menyebabkan kelemahan otot. Kondisi pertama meliputi Obstruksi saluran napas, penyakit parenkim dan chest bellows disease. Kondisi kedua terurai sebagai berikut:

  • Penyakit neuromuskular
    • Keracunan antibiotik
    • Botulism
    • Myastenia grafis
    • keracunan organofosfat
  • Hipoperfusi
  • hipoksemia
  • Hiperkapnia
  • Malnutrisi
  • Ganggua keseimbangan elektrolit
  • Hiperinflasi
  • Atrofi otot, miopati
  • Pasca bedah nervus frenikus atau disfungsi diafragma
  • Anterior horn cell disease
    • Amyotrophic lateral sclerosis
    • Poliomyelitis
    • Trauma
  • Usia lanjut.
Suimber: Anzueto A, Wright S. Diafragmatic function and associated disorder. In: Parson PE, Heffner JE. Pulmonary/ respiratory therapy secrets. p. 423-8

Tidak ada komentar: