29 September 2013

NYERI DADA, akibat kelainan paru

Hampir semua nyeri dada akibat kelainan paru disebabkan karena inflamasi atau traksi pada struktur sekitar paru, seperti pleura parietal atau mediastinum. Kelainan hanya pada parenkim paru tidak menyebabkan nyeri kecuali jika melibatkan struktur lainnya.

Percabangan trakeobronkial dan paru disyarafi oleh jalur aferen dan eferen otonom. Termasuk di dalamnya adalah jalur aferen untuk reseptor batuk, peregangan dan iritasi dalam saluran napas sentral, namun kadang juga jalur aferen untuk nyeri. Reseptor nyeri pada permukaan pleura parietal dan diafragma berasal dari nervus interkostal. Iritasi pada daerah tersebut menyebabkan rasa nyeri pada dinding dada yang berdekatan. Bagian sentral (tengah) diafragma disyarafi oleh nervus frenikus, dan nyeri pada daerah ini sering dirasakan pada bahu sisi yang sama (ipsilateral). 

Pleuritis
Inflamasi pleura atau pleuritis bisa disebabkan oleh berbagai kelainan. Kelainan tersebut meliputi:
  • Penyakit jaringan ikat: SLE, dan penyakit jaringan ikat campuran
  • Artritis reumatoid
  • Infeksi virus
  • Penyakit paru kerja
Pajanan asbestos bisa juga berhubungan dengan nyeri dada, demam ringan, dan efusi pleura. Efusi pleura asbestos sering muncul relatif awal setelah pajanan asbestos (kurang dari 2 dekade dan sering juga kurang dari satu dekade).

Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapat udara dalam kavum pleura, bisa primer atau sekunder. Pneumotoraks primer sering terjadi pada laki-laki muda, tinggi, dan diduga terjadi kerena pecahnya bleb di apikal. Pneumotoraks sekunder terjadi pada penyakit struktur paru seperti PPOK, granuloma eosinofilik, dan lymphangioleiomyomatosis. Penyebab lain adalah trauma, termasuk trauma iatrogenik (misalnya komplikasi pemasangan CVC/central venous catheter) dan pneumotoraks katamenial  (pada perempuan dan terjadinya berhubungan dengan siklus menstruasi).

Pneumomediastinum
Pneumomediastinum adalah terdapat udara dalam mediastinum. Penyebab paling sering adalah ruptur alveolus, diikuti perpindahan udara menuju hilus dan selanjutnya masuk mediastinum. Peristiwa tersebut terjadi selama periode peningkatan tekanan dalam alveoli, seperti selama serangan asma berat, atau manuver Valsalva berulang saat melahirkan. Pneumomediastinum bisa juga sebagai komplikasi ventilasi mekanik tekanan positif. Ruptur esofagus oleh sebab apapun (seperti muntah atau setelah tindakan endoskopi) bisa berakibat pneumomediastinum. 

Emboli paru
Nyeri dada dilaporka terjadi pada 60-80% pasien dengan emboli paru, walaupun sesak, takipnea dan takikardi lebih sering terjadi. Rasa nyeri bisa akibat dari pleuritis atau bisa juga akibat perrgangan ventrikel kanan karena peningakatan resistensi vaskuler pulmonal. Bila nyeri yang terjadi akibat pleuritis, biasanya nyeri tertunda sampai setidaknya 12 jam setelah terjadinya infark paru. Infark paru relatif jarang terjadi, karena darah yang mengalir ke paru melalui dua sistem pembuluh darah yaitu vasa bronkial dan vasa pulmonal. Nyeri karena peregangan ventrikel kanan lebih mudah diketahui bila bersamaan dengan emboli paru masif dan terjadinya akut. Nyeri lebih khas sebagai angina klasik akibat iskemia ventrikel kanan.

Efusi pleura
Meskipun sebagian besar efusi pleura tidak nyeri, efusi yang berhubungan dengan pneumonia (efusi parapneumonia) dan efusi akibat keganasan sering menyebabkan inflamasi dan nyeri dada. Efusi pleura akibat gagal jantung kongestif tidak nyeri.

Mesotelioma ganas
Mesotelioma ganas merupakan keganasan pada pleura yang jarang terjadi, khususnya pada pasien dengan riwayat pajanan asbestos setelah periode laten 20 sampai 40 tahun. Keganasan ini hampir selalu disertai dengan nyeri dada.

Tidak ada komentar: