4 Maret 2013

HIPERTENSI PULMONER, bedakah dengan hipertensi yang selama ini dikenal?


Sirkulasi pulmoner mempunyai ciri khas bertekanan dan bertahanan rendah maka pada keadaan normal tekanan sistolik dan diastolik sirkulasi pulmoner lebih rendah dibandingkan sirkulasi sistemik. Pada permukaan laut, tekanan arteri pulmoner berkisar 18-25 mmHg pada puncak sistolik dan 6-10 mmHg pada akhir diastolik, tekanan rata-rata 12-16 mmHg. Jika rerata tekanan arteri pulmoner ≥ 35 mmHg saat aktivitas atau ≥ 25 mmHg saat istirahat disebut hipertensi pulmoner (HP). 


HP primer terjadi karena kelainan primer pada arteri pulmoner sedang HP sekunder dapat terjadi  karena komplikasi dari penyakit paru, jantung atau penyakit di luar rongga toraks. Kejadian HP primer lebih banyak terjadi pada usia 20-40 tahun dengan insidensi 1-2 kasus per 1 juta populasi. Simposium tentang PH di Italia tahun 2003 mengganti istilah PH primer menjadi PH arterial idiopatik, kemudian klasifikasinya diubah menjadi PH arterial, PH venous, PH akibat kelainan respirasi dan atau hipoksia, PH akibat thrombosis kronis dan atau emboli serta PH akibat penyakit yang menyerang vaskuler paru.

HP sekunder relatif lebih sering terjadi tetapi sering tidak terdiagnosis. Pada usia di atas 50 tahun korpulmonale, suatu penyakit yang sebelumnya didahului dengan hipertensi pulmoner,  ternyata merupakan penyakit ketiga terbesar yang menyerang jantung setelah penyakit koroner dan hipertensi.

PATOGENESIS
Pada HP primer terjadi kelainan pada pembuluh darah pulmoner namun patogenesisnya masih spekulatif. Teori yang paling banyak dianut mengatakan hanya sekelompok orang tertentu saja yang mempunyai kecenderungan menderita HP primer. Pada kelompok ini, berbagai macam rangsangan akan mengawali terjadinya arteriopati pulmoner, remodeling dinding pembulih darah, vasokonstriksi dan thrombosis insitu, semuanya berperan dalam terjadinya HP primer. HP dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut:

1.   Peningkatan pasif tekanan arteri pulmoner akibat peningkatan tekanan atrium kiri dan kelainan fungsi ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolic ventrikel kiri, tekanan atrium kiri atau tekanan vena pulmoner sangat besar pengaruhnya terhadap tekanan arteri pulmoner. Peningkatan tekanan atrium kiri diikuti kenaikan tekanan vena pulmoner, kapiler paru, arteri pulmoner dan selanjutnya ventrikel kanan.
2.  Peningkatan jumlah aliran darah ke paru. Pembuluh darah paru melakukan kompensasi antara lain berupa vasodilatasi sehingga tekanan sirkulasi pulmoner tidak meningkat. Namun bila peningkatan jumlah aliran darah ke paru melebihi 2-3 kali normal, mekanisme kompensasi kelainan jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan.
3. Sebagai respons terhadap hipoksia alveolar. Penurunan tekanan oksigen akibat vasikonstriksi pulmonar akan diikuti perubahan pada sel endotel dan otot polos. Hipoksia menyebabkan vasokonstriksi dan obliterasi kapiler, terjadi pada penyakit interstisial paru dan PPOK yang merupakan penyebab tersering HP. Pada PPOK eksaserbasi, hipoksia dan hiperkapnia yang tidak terkompensasi dapat meningkatkan tekanan darah pulmoner.
4.    Emboli pulmoner sering menyebabkan aliran darah dalam arteri pulmoner tersumbat. Emboli pulmoner akut hanya menyebabkan peningkatan tekanan pulmoner arteri yang ringan sampai sedang. Pada keadaan akut, ventrikel kanan tidak dapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari 50 mmHg, tekanan sistolik yang lebih tinggi terjadi pada keadaan kronik dengan hipertrofi ventrikel kanan. Karena itu emboli pulmoner massif dapat menyebabkan gagal jantung kanan tapi tidak menyebabkan hipertensi pulmoner yang berat.

KLASIFIKASI HIPERTENSI PULMONER  (WHO)
Hipertensi arteri pulmoner
·      Hipertensi pulmoner primer
o  Sporadic disorder
o  Familial disorder
·      Keadaan yang berhubungan
o    Penyakit pembuluh darah kolagen
o    Congenital systemic-to-pulmonary shunt
o    Hipertensi portal
o    Infeksi HIV
o    Obat dan toksin (misal obat anoreksia)
·      Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN)

Hipertensi vena pulmoner
·      Kelainan ventrikel dan atrium kiri
·      Kelainan valvular kiri
·      Kompresi eksentrik vena pulmoner sentral
o    Mediastinum fibrosis
o    Adenopati dan/atau tumor
·      Penyakit oklusi vena pulmoner

HP disertai kelainan sistem respirasi dan/atau hipoksemia
·      PPOK
·      Penyakit paru interstisial
·      Sleep-disorder breathing
·      Hipoventilasi alveolar
·      Chronic exposure  to high altitudes
·      Penyakit paru neonatus
·      Dysplasia kapiler alveolar

HP akibat trombotik dan/atau emboli kronik
·      Obstruksi tromboembolik arteri pulmoner proksimal
·      Obstruksi arteri pulmoner distal
o    Emboli pulmoner
o    Thrombosis in-situ
o    Penyakit sicle cell

HP akibat kelainan langsung pada pembuluh darah pulmoner
·      Keadaan inflamasi
o    Schistosomiasis
·      Hemangiomatosis kapiler pulmoner

GAMBARAN KLINIS
Gejala HP umumnya tidak spesifik seperti sesak pada aktivitas ringan, cepat lelah, pingsan, nyeri dada (mungkin angina ventrikel kanan), batuk, palpitasi, sianosis dan hemoptisis. Gejala lain biasanya berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya seperti batuk dan produksi sputum pada PPOK. Kadang dengan pemeriksaan fisik yang baik sudah dapat disimpulkan HP seperti distensi vena di leher atau terdengar fixed split S2 dengan komponen pulmonal yang mengeras disertai gejala di atas. Pemeriksaan fisik biasanya didapatkan tanda-tanda berikut:
1.    Tekanan darah normal atau hipotensi ringan jika curah jantung menurun. Tekanan nadi lemah. Hipotensi sistemik berat jika curah jantung sudah sangat terganggu
2.  Denyut nadi normal atau takikardi jika curah jantung menurun. Denyut nadi lebih dari 100 x/menit menunjukkan penyakit pada stadium lanjut
3.  Jantung terjadi pembesaran ventrikel kanan, bunyi jantung S2 mengeras dan widely split, P2 > A2. Kadang ditemukan murmur regurgitasi katup tricuspid dan katup pulmonal. Yang paling sering ditemukan adalah bunyi S2 yang mengeras disertai widely split atau fixed split
4.   Vena. Peningkatan tekanan vena jugularis terlihat bila sudah terjadi gagal jantung kanan atau regurgitasi katup tricuspid yang berat, menunjukkan telah terjadi peningkatan tekanan atrium kanan
5.    Tanda lain berupa kongesti hati, edema perifer, sianotik akral, takipneu, asites dan hepatojugular refluks.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto toraks
Perifer lung marking biasanya normal atau berkurang. Diameter arteri desenden pulmoner kanan lebih dari 16-18 cm atau hilar-to-thoracic ratio lebih dari 44% merupakan hasil yang spesifik tetapi tidak sensitif untuk diagnosis HP. Pada foto toraks lateral didapatkan ventrikel kanan mengisi ruang antara sternum dan batas jantung depan serta terdapat pembesaran arteri pulmoner kiri.

Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran khas pasien HP berat adalah pergeseran aksis QRS ke kanan.  Gelombang P yang tinggi menunjukkan pembesaran atrium kanan. Gelombang R>S di V1 – V3, gelombang S yang dalam di V6 disertai perubahan segmen ST-T merupakan tanda hipertrofi  ventrikel kanan. Perubahan EKG merupakan informasi yang bermanfaat tetapi tidak ada perubahan EKG belum dapat menyingkirkan penyakit ini.

Ekokardiografi
Pasien dengan tanda, gejala, hasil EKG dan foto toraks yang mengarah ke HP seharusnya menjalani pemeriksaan two-dimensional echocardiography dengan metode Doppler. Konfirmasi HP berdasarkan regurgitasi katup tricuspid. Penjumlahan tekanan rata-rata atrium kanan dengan puncak kecepatan aliran katup tricuspid memberikan nilai akurat tentang puncak tekanan pulmoner.

Laboratoorium
Semua pasien HP harus menjalani pemeriksaan laboratorium yang komprehensif untuk menjelaskan etiologi penyakitnya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi atau menyingkirkan penyebab yang dapat diobati. Pemeriksaan awal termasuk complete blood count, prothrombin time, partial thromboplastin time, hepatic profile dan autoimmune panel. Pemeriksaan HIV perlu dipertimbangkan pada semua pasien terutama dengan riwayat faktor risiko yang mendukung.

AGD harus dilakukan untuk menyingkirkan hipoksia dan asidosis sebagai penyebab HP. Oxygenation resting yang normal tidak menyingkirkan exertional atau nocturnal oxygen desaturation. Hampir 20% pasien PPOK dengan tekanan oksigen arteri normal, menderita nocturnal nonapneic oxygen desaturation. Peningkatan tekanan arteri pulmoner selama transient oxygen desaturation disebabkan oleh peningkatan tahanan vaskuler pulmoner dan curah jantung. Episode ini diperbaiki dengan suplementasi oksigen. Karena itu pantauan dengan oksimetri saat exercise dan tidur harus dilakukan pada semua pasien HP.

Uji faal paru
Uji ini dilakukan untuk menilai apakah ada kelainan restriksi atau obstruksi paru. HP biasanya tidak berhubungan dengan kelainan faal paru kecuali fungsi paru sudah menurun sekali.

Ventilation perfusion lung scanning
Jika penyebab HP masih belum dapat diketahui, tromboemboli kronik harus disingkirkan sebelum diagnosis HP ditegakkan. Pemeriksaan ventilation perfusion lung scanning dapat membedakan tromboemboli kronik dengan HP primer. Gangguan perfusi satu atau lebih segmen paru merupakan petanda sensitif obstruksi karena emboli. Pada HP primer, pemeriksaan ini menunjukkan hasil normal atau kelainan subsegmental yang tidak lengkap.

Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantyung harus dilakukan pada pasien dengan penyebab hipertensi pulmoner yang tidak jelas. Kateterisasi sangat berguna untuk diagnosis occult shunt, penyakit jantung  kongenital dan stenosis arteri pulmonal distal. Kateterisasi jantung kanan dan sering jantung kiri diperlukan untuk menentukan derajat HP dan untuk mengetahui kelainan ventrikel kiri atau katup jantung yang menyebabkan HP. Kelainan fungsi diastolik ventrikel kiri dapat menyebabkan HP walaupun fraksi ejeksi masih normal.

TATALAKSANA
Penatalaksanaan HP primer masih kontroversi dan kompleks, lebih baik pasien dirujuk ke senter yang biasa menangani kelainan tersebut. Berikut ini pedoman umum piƱatalaksanaan HP.

Koreksi kalainan yang mendasari
·      Koreksi bedah pada stenosis mitral, left to right shunt, tromboemboli kronik yang operable
·      Penurunan afterload, dengan digoksin dan diuretik pada disfungsi ventrikel kiri
·      Pencegahan dan pengobatan infeksi pernapasan
·      Hindari obat penurun nafsu makan

Menurunkan tahanan vaskuler paru
·      Vasodilator
o    Oksigen
o    Calcium channel blocker seperti diltiazem atau nifedipin
o    Prostacyclin (epoprostenol atau prostacyclin analog)
o    Nitric oxide
·      Antikoagulan untuk HP primer dan tromboemboli kronik

Meningkatkan curah jantung
·      Short-term parenteral inotropik
·      Digoksin

Menurunkan volume overload
·      Diet rendah garam
·      Pemberian diuretik

Transplantasi paru atau atrial septosotomy
Transplantasi paru merupakan pilihan pasien HP berusia dibawah 65 tahun yang tidak respons terhadap obat. Angka kelangsungan hidup 73% pada tahun pertama, 55% pada tahun ketiga dan 45% pada tahun kelima.