Withdrawal effect atau efek putus nikotin salah satu kendala yang penting. Reward fisiologis berupa produksi dopamin yang tinggi dan tidak tahan terhadap gejala putus nikotin membuat perokok terus merokok. Pada saat seorang berhenti merokok, maka jumlah nikotin yang mencapai reseptor di otak menurun dan hal ini menyebabkan penurunan pelepasan dopamin dan neurotransmiter lainnya sehingga
terjadi gejala putus nikotin, disebut juga withdrawal effect atau nicotine withdrawal dengan gejala sebagai berikut:
Efek putus nikotin
(withdrawal effect)
|
Lama gejala
(setelah berhenti merokok)
|
Rasa cemas/ ansietas
|
1 – 2 minggu
|
Mudah tersinggung, frustasi, marah
|
< 4 minggu
|
Insomnia / gangguan tidur
|
< 4 minggu
|
Tidak sabar
|
< 4 minggu
|
Sulit konsentrasi
|
< 4 minggu
|
Depresi (dysphoric)
|
< 4 minggu
|
Nafsu makan meningkat (berat badan meningkat)
|
> 10 minggu
|
Perubahan kadar neurotransmiter di otak ini akan menyebabkan efek yang berkebalikan. Penurunan dopamin akan memunculkan rasa tidak nyaman dan meningkatkan nafsu makan, menurunnya pelepasan asetilkolin akan mengurangi fungsi kognitif. penurunan gamma amino butiric acid (GABA) akan mulai memicu terjadinya kecemasan.
Withdrawal effect umumnya timbul 4-6 jam setelah lepas nikotin pada seorang perokok rutin. Gejala biasanya mencapai puncak dalam beberapa hari pertama dan bisa berlangsung sampai 2-4 minggu selama berhenti merokok. Pada kondisi ini seorang perokok seringkali berusaha mempertahankan kadar nikotin serum minimal untuk mencegah withdrawal effect yang terjadi dan mempertahankan efek nyaman nikotin dengan merokok kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar