Tuberkulosis (TB), dulu lebih dikenal sebagai TBC, adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium
tuberculosis (M. tb) berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan
panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari
lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis
ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat
yang disebut cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang
berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang
(C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan.
Struktur dinding selyang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan
asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen antigen
ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan
protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi
dengan menggunakan antibodi monoklonal. Saat ini telah dikenal purified
antigens dengan berat molekul 14 kDa (kilo Dalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa
yang memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang bervariasi dalam mendiagnosis TB. Ada juga yang
menggolongkan antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen yang
disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya
dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40
dan lain lain.
Tuberkulosis merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia. Indonesia masih menempati
urutan ke 5 di dunia
untuk jumlah kasus TB. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar
140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor
satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kelompok
usia.
PATOGENESIS
Tuberkulosis
primer
Kuman
tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau
afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru,
berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional).
Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks
primer.
Kompleks
primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama
sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
(antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
Perkontinuitatum,
menyebar perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah
satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat
ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru
bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.
Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila
tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis
Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
-
Sembuh dengan meninggalkan sekuele
(misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma) atau
-
Meninggal. Semua kejadian
diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
Tuberkulosis pascaprimer
Dari
tuberkulosis primer ini akan muncul tuberkulosis post-primer bertahun-tahun kemudian,
biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang
bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan.
Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di
segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini
awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil.
Nasib
sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1.
Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak
meninggalkan cacat
2. Sarang tadi mula mula-meluas, tetapi segera terjadi
proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan
membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam
bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan
keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju
(jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini:
-
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang
pneumonik baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti
yang disebutkan diatas.
-
Dapat pula memadat dan membungkus diri
(encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti
lagi.
-
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh
yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus
diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus,
dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
PENGOBATAN
Pengobatan
tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.
Obat anti tuberkulosis (OAT)
Obat
yang dipakai adalah obat utama (lini 1) yaitu Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Etambutol dan Streptomisin. Selain itu ada obat tambahan (lini 2) yaitu
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon dan obat lain yang masih dalam penelitian seperti
makrolid, amoksisilin + asam klavulanat. Beberapa obat lini kedua belum ada di
Indonesia yaitu Kapreomisin, Sikloserin, derivat Rifampisin dan INH serta
Thionamides (ethionamide dan prothionamide).
Kemasan
Obat
tunggal, masing-masiing obat disajikan secara terpisah, dan obat kombinasi
dosis tetap (fixed dose combination- FDC) yaitu 3 atau 4 obat dalam satu
tablet.
International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk
menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan
TB primer pada tahun 1998. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan
resep minimal.
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan
penurunan kesalahan pengobatan yang tidak disengaja
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap
penatalaksanaan yang benar dan standar
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih
sedikit
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR
akibat penurunan penggunaan monoterapi
KOMPLIKASI
Pada
pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan,
dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi
yang mungikin timbul adalah :
-
Luluh paru
-
Gagal napas
-
Gagal jantung
2 komentar:
Oh ternyata beda yak, selama ini nganggap TB dan TBC itu sama persis.
1 Bulan lebih saya batuk eh tenyata bukan TBC cuma Sinutis
FullApkZ: waah yang ini harus diluruskan: TB sama artinya dengan TBC.Judul tulisan sengaja dibuat sedikit unik karena sebagian masyarakat memang mengira TB berbeda dengan TBC.
Posting Komentar