29 Januari 2013

ASMA, tinjauan umum

Asma adalah gangguan inflamasi saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama malam dan atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.


PATOGENESIS ASMA
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain beperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas penderita asma. Inflamasi bisa terjadi pada berbagai derajat baik derajat intermiten maupun persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik dan asma kerja. Pada asma terdapat saling ketergantungan antara proses inflamasi dan remodeling.

Airway remodeling
Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan dan hasilnya adalah perbaikan dan pergantian sel mati atau rusak dengan sel yang baru. Proses penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis sel parenkim yang sama, juga pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan penyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan struktur dengan mekanisme yang sangat kompleks disebut airway remodeling. Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan proses yang sangat dinamis meliputi diferensiasi, migrasi, maturasi dan dediferensiasi diikuti oleh pergantian atau perubahan struktur dan fungsi. Beberapa marker arway remodeling yang berperan pada patofosiologi asma bisa dilihat pada penelitian ini.

FAKTOR RISIKO ASMA
Berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu termasuk predisposisi genetik, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan menyebabkan gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan adalah alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosial ekonomi dan besarnya keluarga.

DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis, ditambah pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru akan lebih maningkatkan nilai diagnostik.
Riwayat penyakit atau gejala:
·      Bersifat episodik, sering reversibel dengan atau tanpa pengobatan
·      Gejala: batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
·      Gejala timbul atau memburuk terutama malam/dini hari
·      Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
·      Respons terhadap pemberian bronkodilator
Perlu dipertimbangkan:
·      Riwayat keluarga (atopi)
·      Riwayat alergi/atopi
·      Penyakit lain yang memberatkan
·      Perkembangan penyakit dan riwayat pengobatan

Pemeriksaan jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat saja normal. Kelainan yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengan pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak terdengar pada masa interval serangan atau pada serangan yang sangat berat (silent chest) dan biasanya disertai dengan gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.

Pemeriksaan faal paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala, demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai sesak dan mengi sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif  yaitu faal paru untuk menyamakan persepsi antara dokter dengan pasiennya dan parameter obyektif menilai berat asma. Pemeriksaan faal paru yang telah diterima secara luas adalah spirometri dan arus puncak ekspirasi.

Pemeriksaan lain
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala asma namun faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma tapi hasil positif tidak selalu berarti penderita tersebut asma. Hasil positif bisa terjadi pada rinitis alergik, PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.

PROGRAM PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan
1.    Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
2.    Mencegah eksaserbasi akut
3.    Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4.    Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise
5.    Menghindari  efek samping obat
6.    Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara yang menetap
7.    Mencegah kematian karena asma

Asma terkontrol,  terjadi bila:
1.     Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam
2.     Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise
3.     Kebutuhan bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat) minimal
4.     Variasi harian APE (arus puncak ekspirasi) kurang dari 20%
5.     Nilai APE normal atau mendekati normal
6.     Efek samping obat minimal (tidak ada)
7.     Tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat.

Komponen tatalaksana asma
1.    Edukasi
2.    Nilai dan monitor berat asma secara berkala
3.    Identifikasi dan kendalikan faktor pencetus
4.    Rencanakan dan berikan pengobatan jangka panjang
5.    Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6.    Kontrol secara teratur
7.    Pola hidup sehat.

OBAT ASMA
Obat utama asma terbagi atas 2 kelompok utama yaitu obat pelega napas dan obat pengontrol. Obat pelega napas digunakan saat serangan asma dengan tujuan saluran napas yang mengecil saat serangan menjadi longgar kembali. Obat pengontrol digunakan terus menerus secara rutin sampai waktu tertentu dengan tujuan untuk mengendalikan dan menekan proses inflamasi yang terjadi sehingga bila datang pencetus respons saluran napas tidak berlebihan seperti sebelumnya. Apabila inflamasi sudah terkendali maka obat pengontrol perlahan-lahan bisa diturunkan bertahap sampai asmanya terkontrol dengan dosis obat paling rendah atau tanpa obat sama sekali.

Pedoman/guideline asma:
1. Global Initiative for Asthma (GINA) update 2012
2. Asthma Guidelines, British Thoracic Society (BTS) revised January 2012
3. Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma, NHLBI Expert Panel Report 3 2007
4. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Depkes RI 2009
5. Pocket guide for asthma management and prevention, GINA updated 2012
6. Global strategy for the diagnosis and management of asthma in children 5 years and younger 2009

Tidak ada komentar: