Asma adalah gangguan inflamasi saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama malam dan atau dini
hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi
dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Pedoman/guideline asma:
1. Global Initiative for Asthma (GINA) update 2012
2. Asthma Guidelines, British Thoracic Society (BTS) revised January 2012
3. Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma, NHLBI Expert Panel Report 3 2007
4. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Depkes RI 2009
5. Pocket guide for asthma management and prevention, GINA updated 2012
6. Global strategy for the diagnosis and management of asthma in children 5 years and younger 2009
PATOGENESIS ASMA
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai
sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag,
neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain beperan
sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas penderita asma.
Inflamasi bisa terjadi pada berbagai derajat baik derajat intermiten maupun
persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma
alergik, asma nonalergik dan asma kerja. Pada asma terdapat saling
ketergantungan antara proses inflamasi dan remodeling.
Airway remodeling
Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan
kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan
dan hasilnya adalah perbaikan dan pergantian sel mati atau rusak dengan sel
yang baru. Proses penyembuhan tersebut melibatkan regenerasi/perbaikan jaringan
yang rusak dengan jenis sel parenkim yang sama, juga pergantian jaringan yang
rusak dengan jaringan penyambung yang menghasilkan jaringan skar. Pada asma,
kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang
kemudian akan menghasilkan perubahan struktur dengan mekanisme yang sangat
kompleks disebut airway remodeling.
Mekanisme tersebut sangat heterogen dengan proses yang sangat dinamis meliputi
diferensiasi, migrasi, maturasi dan dediferensiasi diikuti oleh pergantian atau
perubahan struktur dan fungsi. Beberapa marker arway remodeling yang berperan pada patofosiologi asma bisa dilihat pada penelitian ini.
FAKTOR RISIKO ASMA
Berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu termasuk predisposisi
genetik, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan
kecenderungan asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya
eksaserbasi dan menyebabkan gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor
lingkungan adalah alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi
udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosial ekonomi dan besarnya
keluarga.
DIAGNOSIS
Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis,
ditambah pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru akan lebih maningkatkan
nilai diagnostik.
Riwayat penyakit
atau gejala:
·
Bersifat episodik, sering
reversibel dengan atau tanpa pengobatan
·
Gejala: batuk, sesak napas, rasa
berat di dada dan berdahak
·
Gejala timbul atau memburuk
terutama malam/dini hari
·
Diawali oleh faktor pencetus yang
bersifat individu
·
Respons terhadap pemberian
bronkodilator
Perlu
dipertimbangkan:
·
Riwayat keluarga (atopi)
·
Riwayat alergi/atopi
·
Penyakit lain yang memberatkan
·
Perkembangan penyakit dan riwayat
pengobatan
Pemeriksaan
jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga
pemeriksaan jasmani dapat saja normal. Kelainan yang paling sering ditemukan
adalah mengi pada auskultasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengan pada
waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak terdengar pada masa interval serangan
atau pada serangan yang sangat berat (silent chest) dan biasanya disertai
dengan gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi,
hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.
Pemeriksaan faal
paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala, demikian
pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai sesak dan mengi sehingga dibutuhkan
pemeriksaan objektif yaitu faal paru
untuk menyamakan persepsi antara dokter dengan pasiennya dan parameter obyektif
menilai berat asma. Pemeriksaan faal paru yang telah diterima secara luas
adalah spirometri dan arus puncak ekspirasi.
Pemeriksaan lain
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis
asma. Pada penderita dengan gejala asma namun faal paru normal sebaiknya
dilakukan uji provokasi bronkus. Hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis
asma tapi hasil positif tidak selalu berarti penderita tersebut asma. Hasil
positif bisa terjadi pada rinitis alergik, PPOK, bronkiektasis dan fibrosis
kistik.
PROGRAM PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan
1.
Menghilangkan dan mengendalikan
gejala asma
2.
Mencegah eksaserbasi akut
3.
Meningkatkan dan
mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4.
Mengupayakan aktivitas
normal termasuk exercise
5.
Menghindari efek samping obat
6.
Mencegah terjadi keterbatasan
aliran udara yang menetap
7.
Mencegah kematian karena asma
Asma terkontrol, terjadi bila:
1.
Gejala minimal (sebaiknya tidak
ada), termasuk gejala malam
2.
Tidak ada keterbatasan
aktiviti termasuk exercise
3.
Kebutuhan bronkodilator (agonis
beta-2 kerja singkat) minimal
4.
Variasi harian APE (arus puncak ekspirasi)
kurang dari 20%
5.
Nilai APE normal atau mendekati
normal
6.
Efek samping obat minimal (tidak
ada)
7.
Tidak ada kunjungan ke unit gawat
darurat.
Komponen
tatalaksana asma
1.
Edukasi
2.
Nilai dan monitor berat asma
secara berkala
3.
Identifikasi dan kendalikan faktor
pencetus
4.
Rencanakan dan berikan pengobatan
jangka panjang
5.
Menetapkan pengobatan pada
serangan akut
6.
Kontrol secara teratur
7.
Pola hidup sehat.
OBAT ASMA
Obat utama asma terbagi atas 2 kelompok utama yaitu obat
pelega napas dan obat pengontrol. Obat pelega napas digunakan saat serangan
asma dengan tujuan saluran napas yang mengecil saat serangan menjadi longgar
kembali. Obat pengontrol digunakan terus menerus secara rutin sampai waktu
tertentu dengan tujuan untuk mengendalikan dan menekan proses inflamasi yang
terjadi sehingga bila datang pencetus respons saluran napas tidak berlebihan
seperti sebelumnya. Apabila inflamasi sudah terkendali maka obat pengontrol
perlahan-lahan bisa diturunkan bertahap sampai asmanya terkontrol dengan dosis obat paling rendah atau tanpa obat sama sekali.
Pedoman/guideline asma:
1. Global Initiative for Asthma (GINA) update 2012
2. Asthma Guidelines, British Thoracic Society (BTS) revised January 2012
3. Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma, NHLBI Expert Panel Report 3 2007
4. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Depkes RI 2009
5. Pocket guide for asthma management and prevention, GINA updated 2012
6. Global strategy for the diagnosis and management of asthma in children 5 years and younger 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar