Asbestosis timbul karena pajanan
serat asbes dalam waktu lama terutama pada pekerja pertambangan, pabrik,
industri tekstil, asbestos
insulator, pekerja bangunan, industri mobil dan perkapalan. Serat asbes
dapat menimbulkan asbestosis, ditandai dengan fibrosis intersisial difus pada
paru, penyakit pada pleura (efusi pleura, pleural plak, penebalan pleura difus,
sindrom Blesovsky) dan keganasan (karsinoma bronkogenik dan mesotelioma ganas).
Ukuran dan bentuk geometri serat menentukan cara pengendapan, bersihan
kinetik, reaktiviti biologi
dan cara pembuangan di paru. Bersihan kinetik serat amphibole lebih
lambat daripada chrysotile sehingga
waktu paruh chrysotile hanya beberapa
bulan sedang amphibole bisa mencapai
puluhan tahun. Sifat kimia dan sifat permukaan serat berperan penting dalam
respons selular dan biopersistance.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa serat yang panjang (16-20 µm) dan tipis lebih fibrogenik
daripada serat pendek (< 5 µm). Serat panjang lebih lambat dibersihkan oleh
sistem mukosilier dan makrofag. Rokok merupakan faktor yang cenderung meningkatkan retensi
serat pendek baik pada manusia maupun hewan, sehingga serat pendek yang tadinya
kurang fibrogenink akan menjadi fibrogenik setelah ada asap rokok. Asap rokok mempercepat perkembangan asbestosis karena
mengganggu bersihan serat asbes sehingga meningkatkan deposit serat di paru dan
ambilan serat asbes oleh sel epitel pulmoner sehingga kerusakan sel dan
produksi sitokin makin bertambah.
Serat asbes
serat chrysotile |
Pathogenesis
Serat asbes terkumpul di bronkiolus respiratorius dan akan dibersihkan oleh sistem mukosilier atau
ditrasportasikan melaliui sel epitrel tipe I ke jaringan
interstisial kemudian dialirkan ke kelenjar hilus atau pleura. Lesi pertama
pada paru terjadi karena penumpukan makrofag alveolar dalam duktus alveolaris
dan daerah peribronkial yang berdekatan dengan bronkiolus terminalis. Jaringan
ini menebal karena penumpukan makrofag interstisial dan fibroblast. Serat asbes
bersifat genotoksik yang menyebabkan kerusakan DNA, transkripsi gen dan
ekspresi protein yang semuanya penting dalam proliferasi sel, inflamasi dan
kematian sel.
Serat asbes terkumpul di bronkiolus respiratorius dan akan dibersihkan oleh sistem mukosilier atau
serat amphibole |
Diagnosis
Disebut asbestosis bila terdapat fibrosis parenkim paru difus dengan atau tanpa penebalan pleura dan terdapat riwayat pajanan serat asbes. Gejala klinis dan foto toraks tidak selalu spesifik. Gejala klinis asbestosis dapat berupa napas pendek selama bekerja yang sering diikuti batuk kering, timbul setelah terjadi fibrosis paru yang progresif. Sesak napas makin memburuk meskipun penderita menghindari pajanan. Pada stadium lanjut penderita dapat mengeluh batuk batuk produktif, berat badan menurun dan sering berobat karena infeksi saluran napas. Kelainan tersebut akhirnya menimbulkan kor pulmonale dan penderita meninggal 15 tahun setelah awal penyakit.
Disebut asbestosis bila terdapat fibrosis parenkim paru difus dengan atau tanpa penebalan pleura dan terdapat riwayat pajanan serat asbes. Gejala klinis dan foto toraks tidak selalu spesifik. Gejala klinis asbestosis dapat berupa napas pendek selama bekerja yang sering diikuti batuk kering, timbul setelah terjadi fibrosis paru yang progresif. Sesak napas makin memburuk meskipun penderita menghindari pajanan. Pada stadium lanjut penderita dapat mengeluh batuk batuk produktif, berat badan menurun dan sering berobat karena infeksi saluran napas. Kelainan tersebut akhirnya menimbulkan kor pulmonale dan penderita meninggal 15 tahun setelah awal penyakit.
Foto toraks tampak
perselubungan halus ireguler tersebar di posterior dan basal paru, serta
subpleura. CT scan pasien asbestosis dini didapatkan penebalan garis intra
lobuler, interlobular, garis lengkung subpleura, nodul ireguler di basal pleura,
ground-glass attenuation, daerah
kistik kecil dan dan daerah kecil dengan hypoattenuation.
Pleural plaques sangat spesifik untuk
mengetahui riwayat pajanan serat asbes dan digunakan sebagai petanda pajanan
serat asbes karena terlihat pada foto toraks biasa bila terpajan minimal 20
tahun. Efusi pleura merupakan komplikasi tersering dan manifestasi awal pajanan
serat asbes yang terjadi dalam 10 tahun pertama. Asbestosis mirip dengan
fibrosis paru idiopatik (idiopathic pulmonary fibrosis/IPF) secara klinis dan
radiologis. Perbedaan kedua penyakit tersebut yaitu riwayat pajanan serat asbes
dan gambaran pleural plaques pada foto toraks. Persamaam keduanya adalah
respons inflamasi persisten, pembentukan mediator proinflamasi serta
profibrotik.
Pemeriksaan BAL dapat
digunakan untuk diagnosis klinis asbestosis yaitu peningkatan jumlah sel
terutama makrofag, neutrofil dan eosinofil. Asbestos
body (serat asbes dengan selaput protein-besi) yang ditemukan dalam sediaan paru
karakteristik untuk asbestosis. Peningkatan asbestos
body berhubungan dengan derajat kerusakan paru. Asbestos body bisa didapatkan dari biopsi jaringan paru, sputum, bilasan bronkus
dan cairan BAL.
Faal paru. Pada asbestosis
terjadi gangguan pertukaran gas berupa penurunan DLCO dan hipoksemia saat latihan.
Sensitiviti DLCO sekitar 85%
sedang spesivisiti belum diketahui secara pasti untuk diagnosis asbestosis.
DLCO juga digunakan untuk memantau perjalanan penyakit dan menilai respons
penderita terhadap terapi. Gambaran faal paru yang khas pada asbestosis adalah
penurunan KPT (kapasiti paru total) dan KVP (kapasiti vital paksa) yang
progresif, hipoksemia arteri dan penurunan kapasiti difusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar