Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit) selain yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan
oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. Pengobatan yang terlambat atau tidak tepat bisa mengancam jiwa penderita.
Etiologi
Pneumonia
dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini
laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri
Gram negatif.
Patogenesis
Dalam keadaan
sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan
oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakimbangan antara daya
tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko
infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai
dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme
mencapai permukaan :
1. Inokulasi
langsung
2. Penyebaran
melalui pembuluh darah
3. Inhalasi
bahan aerosol
4. Kolonisasi
dipermukaan mukosa
Dari keempat
cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 µm melalui udara dapat mencapai
bronkiolus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %)
juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug
abuse).
Klasifikasi
1.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a.
Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia)
b.
Pneumonia nasokomial (kospital-acquired
pneumonia / nosocomial pneumonia)
c.
Pneumnia aspirasi
d.
Pneumonia pada penderita immunocompromised
2.
Berdasarkan bakteri penyebab
a.
Pneumonia bakterial / tipikal, disebabkan
bakteri
b.
Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma,
Legionella dan Chlamydia
c.
Pneumonia virus
d.
Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi
sekunder dan predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah.
3.
Berdasarkan predileksi infeksi
a.
Pneumonia lobaris, terjadi pada satu lobus
atau segmen, kemungkinan sekunder karena obstruksi bronkus misalnya pada
aspirasi benda asing atau proses keganasan. Jarang pada bayi dan orang tyua.
b.
Bronkopneumonia, ditandai bercak infiltrat
pada paru disebabkan oleh bakteri atau virus. Sering pada bayi dan orang tua.
c.
Pneumonia interstisial
Diagnosis
Gambaran
klinis
biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi
40 0C
,
batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak
napas dan nyeri dada. Hasil pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di
paru. Pada inspeksi dapat terlihat
bagian yang
sakit tertinggal waktu bernapas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada
perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah
kasar pada stadium resolusi.
Pemeriksaan penunjang
1.
Gambaran radiologis. Foto toraks (PA/lateral)
merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi serta gambaran kaviti.
Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia
lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi
yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2.
Pemeriksaan labolatorium. Pada pemeriksaan
labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul
kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran
ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada
20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia
dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
Pengobatan
Pengobatan
terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji
kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit
yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri
patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. hasil
pembiakan bakteri memerlukan waktu.
maka pada
penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum pemilihan
antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut:
1. Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
a.
Golongan Penisilin
b.
TMP-SMZ
c. Makrolid
2. Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
a. Betalaktam
oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
b. Sefotaksim,
Seftriakson dosis tinggi
c. Marolid baru
dosis tinggi
d. Fluorokuinolon
respirasi
3. Pseudomonas aeruginosa
a. Aminoglikosid
b. Seftazidim,
Sefoperason, Sefepim
c. Tikarsilin,
Piperasilin
d. Karbapenem :
Meropenem, Imipenem
e. Siprofloksasin,
Levofloksasin
4. Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
a. Vankomisin
b. Teikoplanin
c. Linezolid
5. Hemophilus influenzae
a. TMP-SMZ
b. Azitromisin
c. Sefalosporin
gen. 2 atau 3
d. Fluorokuinolon
respirasi
6. Legionella
a. Makrolid
b. Fluorokuinolon
c. Rifampisin
Komplikasi yang dapat terjadi :
- · Efusi pleura.
- · Empiema.
- · Abses Paru.
- · Pneumotoraks.
- · Gagal napas
- · Sepsis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar