12 Januari 2013

TB EKSTRA PARU, apakah bisa ke seluruh tubuh?


Dikutip dari Infect Med. 2006;23:604- 615
Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai sistem organ di tubuh. Meskipun TB paru adalah yang paling banyak, TB ekstraparu juga merupakan salah satu masalah penting. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikardium, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

TB ekstrapulmoner merupakan 15-20% dari semua kasus TB pada pasien HIV-negatif, dimana limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak (35% dari semua TB ekstrapulmoner). Sedangkan pada pasien dengan HIV-positif TB ekstrapulmoner adalah lebih dari 50% kasus TB, dimana limfadenitis tetap yang terbanyak yaitu 35% dari TB ekstrapulmoner Limfadenitis TB lebih sering terjadi pada wanita daripada pria dengan perbandingan 1,2:1

Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif.

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik.
Gejala lokal tuberkulosis ekstra paru tergantung organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri pada kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Gejala sistemik TB ekstra paru adalah demam. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.

Limfadenitis adalah presentasi klinis paling sering dari TB ekstraparu. Limfadenitis TB paling sering melibatkan kelenjar getah bening servikalis, kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis. Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan minggu sampai bulan, dan paling sering berlokasi di regio servikalis posterior dan yang lebih jarang di regio supraklavikular.

Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala sistemik yaitu seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam. Lebih dari 57% pasien tidak menunjukkan gejala sistemik. Terdapat riwayat kontak terhadap penderita TB pada 21,8% pasien, dan terdapat TB paru pada 16,1% pasien

Gambaran klinis limfadenitis TB bergantung pada stadium penyakit. Kelenjar limfe yang terkena biasanya tidak nyeri kecuali (i) terjadi infeksi sekunder bakteri, (ii) pembesaran kelenjar yang cepat atau (iii) koinsidensi dengan infeksi HIV. Abses kelenjar limfe dapat pecah, dan kemudian kadang-kadang dapat terjadi sinus yang tidak menyembuh secara kronis dan pembentukan ulkus.
.


2 komentar:

Nana mengatakan...

Assalamu'alaikum dok, dok mau tanya adek saya itu sudah 2bulan batuk, setelah diperiksa kebeberapa kali katanya itu cuma batuk biasa, terkhir diperiksakan lagi ternyata didignosa tbc, lalu adik saya tak bawa ke RS disna dirongetn dan hasilnya katanya hanya flek atau krn alergi saja .tapi dari gejalanya memeang menjurus ke tbc dok.dan dites manthoux negatif, apa itu benar terkena tbc apa penyakit paru lain seperti pneumonia dok? Trimkasih

Nana mengatakan...

Assalamu'alaikum dok, dok mau tanya adek saya itu sudah 2bulan batuk, setelah diperiksa kebeberapa kali katanya itu cuma batuk biasa, terkhir diperiksakan lagi ternyata didignosa tbc, lalu adik saya tak bawa ke RS disna dirongetn dan hasilnya katanya hanya flek atau krn alergi saja .tapi dari gejalanya memeang menjurus ke tbc dok.dan dites manthoux negatif, apa itu benar terkena tbc apa penyakit paru lain seperti pneumonia dok? Trimkasih